Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat Pariwisata Sebut Bali Tak Butuh Petugas Keamanan dari Ormas

Kompas.com - 08/05/2025, 18:59 WIB
Krisda Tiofani,
Ni Nyoman Wira Widyanti

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Beberapa waktu lalu, kehadiran organisasi kemasyarakatan (ormas) GRIB Jaya di Bali ramai dibicarakan.

Salah satu alasan penolakan ormas itu karena Bali sudah memiliki petugas keamanan berbasis kearifan lokal yaitu pecalang.

Baca juga: Apa Itu Pecalang? Mengenal Penjaga Keamanan Adat Bali dan Tugasnya

"Dari 1.400 lebih desa adat, itu sudah memiliki pecalang desa adat. Nah, pecalang desa adat ini mempunyai peran untuk menjaga estetika wilayah adat itu sendiri," kata Wakil Gubernur Bali, I Nyoman Giri Prasta, dilaporkan oleh Kompas.com, Selasa (6/5/2025).

Sementara itu, pengamat pariwisata I Gede Pitana berterima kasih bila ada ormas yang datang dan turut menjaga keamanan, ketertiban, serta kedamaian di Bali.

Namun, menurutnya, Bali tidak memerlukan petugas tambahan untuk menjamin keamanan masyarakat di Pulau Dewata.

Baca juga: Tiang Janur Pernikahan Luna Maya, Apa Itu Penjor dan Maknanya Bagi Umat Hindu di Bali?

"Karena sebagai bagian dari Indonesia, kita sudah memiliki polisi, tentara, Babinsa, dan banyak aparat keamanan," kata Pitana saat dihubungi Kompas.com, Selasa (6/5/2025).

"Bahkan sudah ada pecalang di desa adat masing-masing," lanjut dia.

Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi jalan tol Bali Mandara saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 di Desa Adat Tuban, Badung, Bali, Senin (11/03/2024).BBC Indonesia Pecalang atau petugas pengamanan adat Bali memantau situasi jalan tol Bali Mandara saat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1946 di Desa Adat Tuban, Badung, Bali, Senin (11/03/2024).

Pitana mengaku lebih senang memberdayakan petugas keamanan yang sudah ada di Bali sejak lama.

Misalnya, kehadiran pecalang atau petugas keamanan desa adat di Bali yang telah lama membantu ketertiban hidup bermasyarakat, termasuk pengaturan lalu lintas.

Pitana menyoroti keamanan dan kedamaian menjadi modal dasar pariwisata, sektor yang kini merupakan sumber kehidupan lebih dari 70 persen orang di Bali.

Sebaliknya, ia justru mendukung bila terdapat sekelompok orang luar Bali membentuk paguyuban yang bertujuan turut menjaga keamanan sesama individu di Bali.

"Saya senang sekali kalu ada paguyuban pedagang rumah makan padang, pedagang sate, atau tukang cukur di Bali," kata dia.

Baca juga: Pecalang Segara, Penjaga Pesisir Utara Bali

"Masalahnya, jangan sampai organisasi kemasyarakatan yang dari luar itu melakukan gesekan-gesekan dengan organisasi tradisional di Bali," tambah Pitana.

Pandangan ini disampaikan tanpa pandang bulu, bukan semata-mata bias karena dirinya merupakan masyarakat asli Bali.

Aturan mengenai kemunculan ormas dari daerah lain ke sebuah daerah, kata dia, juga mesti berlaku di semua wilayah.

"Terlepas dari Bali, saya lebih senang memberdayakan masyarakat lokal di Jawa yang tahu budaya, adat, tradisi, dan peta wilayah, bila berkunjung ke Jawa," ucap dia.

Baca juga: Syarat Menjadi Pecalang di Bali, Lebih dari Sekadar Penjaga Keamanan

 
 
 
 
 
View this post on Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)

Halaman:


Terkini Lainnya
Jadwal KRL Cisauk-Tanah Abang Juni 2025, Termalam Pukul 23.04 WIB
Jadwal KRL Cisauk-Tanah Abang Juni 2025, Termalam Pukul 23.04 WIB
Hotel Story
Pemkab Wonosobo Buka Opsi Turis bisa Naik Balon Udara
Pemkab Wonosobo Buka Opsi Turis bisa Naik Balon Udara
Travel News
Kelahiran 'Si Kucing Beruang' di Bandung Zoo, Populasi Jadi 33 Ekor
Kelahiran "Si Kucing Beruang" di Bandung Zoo, Populasi Jadi 33 Ekor
Travel News
Malang Health Tourism Jajaki Kerja Sama dengan Jepang, Tawarkan Wisata Kesehatan Mariposa
Malang Health Tourism Jajaki Kerja Sama dengan Jepang, Tawarkan Wisata Kesehatan Mariposa
Travel News
Petualangan Mendebarkan Naik ATV Menembus Malam di Capas Adventure Land Banyuwangi
Petualangan Mendebarkan Naik ATV Menembus Malam di Capas Adventure Land Banyuwangi
Travel Ideas
5 Alternatif Pendakian Selain Gunung Raung yang Meletus Juni 2025
5 Alternatif Pendakian Selain Gunung Raung yang Meletus Juni 2025
Travel Ideas
Gunung Raung Meletus 7 Juni 2025, Jalur Pendakian Ditutup Sementara
Gunung Raung Meletus 7 Juni 2025, Jalur Pendakian Ditutup Sementara
Travel News
Hutan Kota GBK, Wisata Ruang Terbuka Hijau Gratis di Tengah Jakarta
Hutan Kota GBK, Wisata Ruang Terbuka Hijau Gratis di Tengah Jakarta
Travelpedia
Festival Gedongsongo di Semarang Digelar 21 Juni 2025, Ada Penerbangan Lampion
Festival Gedongsongo di Semarang Digelar 21 Juni 2025, Ada Penerbangan Lampion
Travel News
4 Alasan China Jadi Destinasi Wisata Dunia yang Layak Dikunjungi
4 Alasan China Jadi Destinasi Wisata Dunia yang Layak Dikunjungi
Travel News
PIK Tourism Board Hadir di SITF 2025, Dorong PIK Jadi Destinasi Kelas Dunia
PIK Tourism Board Hadir di SITF 2025, Dorong PIK Jadi Destinasi Kelas Dunia
Travel News
10 Tempat Wisata Bandung dengan Nuansa Alam, Pas untuk Libur Panjang
10 Tempat Wisata Bandung dengan Nuansa Alam, Pas untuk Libur Panjang
Travel Ideas
Kronologi Kapal Wisata Tenggelam di Lembongan Bali, 89 Penumpang Selamat
Kronologi Kapal Wisata Tenggelam di Lembongan Bali, 89 Penumpang Selamat
Travel News
10 Wisata Ramah Anak di Bandung, Pas untuk Libur Panjang Idul Adha
10 Wisata Ramah Anak di Bandung, Pas untuk Libur Panjang Idul Adha
Travelpedia
Diskon Tiket Kereta 30 Persen dari Daop 2 Bandung, Berlaku Juni–Juli 2025
Diskon Tiket Kereta 30 Persen dari Daop 2 Bandung, Berlaku Juni–Juli 2025
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau