Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penyebab Air India Jatuh, Diduga Tabrak kawanan Burung

Kompas.com - 13/06/2025, 05:05 WIB
Anggara Wikan Prasetya

Penulis

KOMPAS.com - Kecelakaan tragis pesawat Air India yang terjadi tak lama setelah lepas landas dari Bandara Ahmedabad, Kamis (12/6/2025), diduga kuat disebabkan oleh tabrakan dengan kawanan burung, menurut seorang mantan pilot berpengalaman.

Pesawat Boeing 787 tujuan London tersebut mengangkut 242 penumpang dan awak, dan dilaporkan jatuh sesaat setelah mengudara. Kepala polisi setempat menyatakan bahwa tidak ada korban selamat dalam insiden ini.

Saurabh Bhatnagar, seorang mantan pilot dan pengamat penerbangan, mengatakan kepada NDTV bahwa indikasi awal menunjukkan adanya multiple bird hits  atau tabrakan dengan beberapa burung sekaligus.

Baca juga: Pesawat Air India Tujuan London Jatuh, Sempat Hantam Hostel untuk Dokter

Tabrakan dengan kawanan burung ini menyebabkan kedua mesin pesawat kehilangan daya dorong.

“Lepas landasnya tampak sempurna. Namun, sebelum roda pendaratan sempat ditarik, pesawat mulai kehilangan ketinggian. Ini mengindikasikan adanya kehilangan tenaga atau daya angkat,” ujar Bhatnagar, dilansir dari The Independent (12/6/2025).

Ia menambahkan bahwa rekaman video menunjukkan pesawat jatuh dengan cara yang terkontrol. Ini adalah ciri khas pesawat kehilangan mesin, tetapi masih dalam kendali pilot. Meski begitu, pesawat akhirnya tetap jatuh.

Tabrakan dengan burung, ancaman pada tahap paling rawan penerbangan

Bird strike atau tabrakan pesawat dengan burung, bukanlah hal baru di dunia penerbangan. Namun burung, terutama bila dalam kelompok besar, dapat masuk ke mesin jet dan menyebabkan kerusakan fatal.

Upaya pencegahan biasanya mencakup penggunaan lampu tambahan pada pesawat serta suara keras di area bandara untuk mengusir burung.

 
 
 
 
 
Lihat postingan ini di Instagram
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Sebuah kiriman dibagikan oleh Kompas.com (@kompascom)

Menurut Otoritas Penerbangan Sipil Inggris, ada 1.432 insiden tabrakan burung yang dilaporkan di Inggris pada tahun 2022.

Profesor John McDermid dari University of York menyebut bahwa kecelakaan Air India ini sangat mengejutkan karena terjadi pada ketinggian yang sangat rendah, kurang dari 200 meter dari permukaan tanah.

“Pesawat dirancang untuk tetap bisa terbang dengan satu mesin. Jadi, kegagalan dua mesin secara bersamaan pada tahap ini merupakan kejadian yang sangat jarang terjadi,” ujarnya.

Take-off dan mendarat, tahap paling rawan penerbangan

Menurut data dari International Air Transport Association (IATA), dari 1.468 kecelakaan penerbangan yang tercatat sepanjang 2024, 770 terjadi saat pendaratan dan 124 saat lepas landas. Artinya, lebih dari 60 persen kecelakaan terjadi di dua fase tersebut.

Transportation Analyst, Mary Schiavo menjelaskan bahwa landasan pacu dan sekitarnya menciptakan tekanan tinggi bagi pilot dan pengendali lalu lintas udara.

Baca juga: Satu Orang Selamat dalam Kecelakaan Pesawat Air India, Duduk di Kursi 11A

“Landasan pacu penuh tekanan. Pendaratan bahkan lebih berisiko karena pilihan untuk bereaksi jauh lebih terbatas dibanding saat lepas landas,” jelas Schiavo.

Untuk mengurangi risiko, ada aturan sterile cockpit sejak 1981. Aturan ini melarang percakapan atau aktivitas tidak penting di bawah 3.000 meter agar pilot dapat sepenuhnya fokus pada operasi penerbangan.

Masih tunggu hasil investigasi lengkap

Investigasi resmi atas kecelakaan ini akan dilakukan oleh Aircraft Accident Investigation Bureau India dan kemungkinan akan melibatkan Air Accidents Investigation Branch Inggris, mengingat adanya warga negara Inggris di dalam pesawat.

Petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api di lokasi jatuhnya pesawat Air India Boeing 787-8 Dreamliner di kawasan permukiman dekat bandara di Ahmedabad, Kamis (12/6/2025).AFP/SAM PANTHAKY Petugas pemadam kebakaran berupaya memadamkan api di lokasi jatuhnya pesawat Air India Boeing 787-8 Dreamliner di kawasan permukiman dekat bandara di Ahmedabad, Kamis (12/6/2025).

Meski menunggu hasil investigasi lengkap, dugaan tabrakan burung ganda menjadi sorotan awal karena implikasinya yang serius terhadap keselamatan penerbangan komersial, terutama di fase lepas landas yang memang dikenal sebagai titik paling kritis.

“Saat pesawat mulai lepas landas, semuanya harus sempurna, kecepatan, arah, sistem, dan komunikasi. Sedikit gangguan bisa berujung fatal,” kata Dennis Tajer, juru bicara Allied Pilots Association dilansir dari CNN.

Baca juga: Penampakan Bangkai Pesawat Air India Jatuh, Hangus Usai Meledak

Meski insiden seperti ini jarang terjadi, kasus ini kembali menegaskan pentingnya fokus industri penerbangan pada keselamatan saat take-off dan landing, serta perlunya langkah-langkah antisipatif yang lebih ketat terhadap ancaman seperti bird strike.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Singapura Peringkat 3 Kota Paling Bahagia di Dunia, Siapa Nomor Satunya?
Singapura Peringkat 3 Kota Paling Bahagia di Dunia, Siapa Nomor Satunya?
Travelpedia
Pulau Kucing Jepang, Destinasi Wisata Pilihan untuk Pencinta Fauna
Pulau Kucing Jepang, Destinasi Wisata Pilihan untuk Pencinta Fauna
Travelpedia
15 Pantai Terbaik di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?
15 Pantai Terbaik di Dunia, Indonesia Peringkat Berapa?
Travelpedia
Wings Air Buka Rute Surabaya–Banyuwangi, Lebih Mudah Menuju The Sunrise of Java
Wings Air Buka Rute Surabaya–Banyuwangi, Lebih Mudah Menuju The Sunrise of Java
Travel News
Kereta Kim Jong Un, Kantor Berjalan yang Mewah dan Super Aman
Kereta Kim Jong Un, Kantor Berjalan yang Mewah dan Super Aman
Travelpedia
Wajib Tahu, Aturan Bawa Powerbank di Lion Air
Wajib Tahu, Aturan Bawa Powerbank di Lion Air
Travelpedia
Menggemaskan tapi Menyedihkan, Begini Kisah Pulau Kucing di Jepang
Menggemaskan tapi Menyedihkan, Begini Kisah Pulau Kucing di Jepang
Travelpedia
Buka untuk Wisata, Resor Mewah di Korea Utara ini Malah Sepi, Kenapa? 
Buka untuk Wisata, Resor Mewah di Korea Utara ini Malah Sepi, Kenapa? 
Travel News
Awas Denda Rp 600.000 Jika Merokok hingga Mabuk di Destinasi Wisata Ini
Awas Denda Rp 600.000 Jika Merokok hingga Mabuk di Destinasi Wisata Ini
Travel News
Ini Alasan Penting Kamu Harus Buka Jendela Pesawat Saat Lepas Landas dan Mendarat
Ini Alasan Penting Kamu Harus Buka Jendela Pesawat Saat Lepas Landas dan Mendarat
Travelpedia
Tips Nonton Gerhana Bulan Total di Planetarium, Bawa Baju Hangat
Tips Nonton Gerhana Bulan Total di Planetarium, Bawa Baju Hangat
Travel Ideas
Tips Memotret Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025
Tips Memotret Gerhana Bulan Total 7-8 September 2025
Travelpedia
Main ke TMII, Turis Asal Pakistan Ini Asik Menabuh Alat Musik Dol di Anjungan Bengkulu
Main ke TMII, Turis Asal Pakistan Ini Asik Menabuh Alat Musik Dol di Anjungan Bengkulu
Travel News
Super Air Jet Buka Rute Jakarta – Kupang, Lebih Cepat Tanpa Transit
Super Air Jet Buka Rute Jakarta – Kupang, Lebih Cepat Tanpa Transit
Travel News
Turis Amerika Nonton Reog Ponorogo di TMII, Malah Salfok dengan Angklung
Turis Amerika Nonton Reog Ponorogo di TMII, Malah Salfok dengan Angklung
Travel News
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau