KOMPAS.com – Kekhawatiran akan pecahnya bubble atau "gelembung" teknologi akal imitasi (AI) semakin meningkat di Silicon Valley, seiring nilai-nilai perusahaan teknologi AI yang melonjak tajam dalam waktu singkat.
Silicon Valley merupakan tech hub atau tempat yang dikonsentrasikan untuk pengembangan inovasi dan teknologi yang terletak di NEgara Bagian California, Amerika Serikat (AS).
Dalam acara OpenAI DevDay pekan ini, CEO OpenAI Sam Altman, yang menaungi teknologi AI generatif ChatGPT, mengakui bahwa sebagian sektor AI memang tampak berbuih.
Baca juga: Inovasi Jepang: Kucing Jadi Kepala Stasiun, AI Jadi Pemimpin Parpol
"Saya tahu menggoda untuk menulis kisah tentang gelembung itu. Memang ada banyak bagian dari AI yang terasa seperti gelembung saat ini," kata Altman kepada wartawan, sebagaimana dilansir BBC, Sabtu (11/10/2025).
Altman menilai para investor kemungkinan akan membuat keputusan buruk dengan menggelontorkan dana besar ke sejumlah startup yang dianggapnya "konyol".
Namun, ia menegaskan OpenAI berbeda.
"Ada sesuatu yang nyata terjadi di sini," ujarnya.
Data menunjukkan tren yang mencemaskan. Perusahaan terkait AI menyumbang sekitar 80 persen dari lonjakan pasar saham AS tahun ini.
Lembaga riset Gartner memperkirakan belanja global untuk AI bisa mencapai 1,5 triliun dolar AS (sekitar Rp 24.000 triliun) sebelum akhir 2025.
Baca juga: Sambil Pamer Uji Coba Drone, Kim Jong Un Perintahkan AI di Militer Korut
IlustrasiDalam sebuah diskusi di Computer History Museum, pionir AI Jerry Kaplan mengatakan bahwa dia sudah melewati empat gelembung ekonomi selama hidupnya.
"Kali ini lebih berbahaya, karena jumlah uang yang terlibat jauh lebih besar dibanding era dot-com," ujarnya.
Sebagai konteks, gelembung dot-com adalah kondisi antara tahun 1998–2000 ketika bursa saham di negara-negara industri melonjak drastis karena pertumbuhan industri sektor Internet dan bidang-bidang yang terkait.
Suatu ketika, gelembung dot-com pecah dengan harga saham anjlok pada 2000-an dipicu oleh optimisme berlebihan terhadap potensi pasar internet. Banyak perusahaan internet bangkrut kala itu.
Baca juga: Perdana di Dunia, AI Jadi Menteri Albania, Bertugas Cegah Korupsi
"Ketika (gelembung AI) ini pecah, dampaknya akan sangat buruk, bukan hanya bagi AI, tapi juga ekonomi secara keseluruhan," lanjutnya.