CARACAS, KOMPAS.com - Peraih Hadiah Nobel Perdamaian asal Venezuela, Maria Corina Machado, mendapat kritik tajam dari Presiden Venezuela Nicolas Maduro yang menyebutnya sebagai “penyihir iblis.”
Maduro melontarkan pernyataan itu pada Minggu (12/10/2025), dua hari setelah Komite Nobel Norwegia mengumumkan bahwa Machado, 58 tahun, menjadi penerima Hadiah Nobel Perdamaian 2025.
Dalam pidatonya, sebagaimana dilansir AFP, Maduro menyebut, “Sembilan puluh persen rakyat menolak penyihir iblis itu,” tanpa menyebut nama Machado secara langsung.
Baca juga: Ditelepon Pemenang Nobel, Trump: Mungkin Mau Diberikan ke Saya
“Kami menginginkan perdamaian, dan kami akan memiliki perdamaian—tetapi perdamaian dengan kebebasan dan kedaulatan,” ujar Maduro dalam acara peringatan Indigenous Resistance Day, yang menandai penemuan benua Amerika.
Pemimpin oposisi Venezuela Maria Corina Machado saat berpidato di Caracas, 28 Agustus 2024. Machado pada Jumat (10/10/2025) memenangi penghargaan Nobel Perdamaian, mengalahkan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.Komite Nobel Norwegia menjelaskan bahwa penghargaan kepada Machado diberikan atas “kerja tanpa lelah untuk memperjuangkan hak-hak demokratis rakyat Venezuela dan perjuangannya mencapai transisi yang adil dan damai dari kediktatoran menuju demokrasi.”
Machado, yang dikenal sebagai tokoh oposisi paling keras terhadap pemerintahan berhaluan kiri Maduro, telah lama menyerukan perubahan politik di Venezuela.
Ia menuduh pemerintahan Maduro menindas lawan politik dan menghancurkan sistem demokrasi di negara yang tengah terpuruk akibat krisis ekonomi tersebut.
Namun, di mata pemerintah, Machado kerap digambarkan secara negatif. Ia bahkan sering disebut “La Sayona,” sosok roh perempuan dalam legenda rakyat Venezuela yang digambarkan berkulit putih dan berambut hitam lurus—ciri fisik yang mirip dengan Machado.
Baca juga: Profil Maria Corina Machado, Pejuang Demokrasi Venezuela Peraih Nobel Perdamaian 2025
Machado memang dikenal memiliki hubungan dekat dengan Amerika Serikat dan secara terbuka mendukung kebijakan Washington terhadap Caracas.
Ia juga mendukung manuver militer AS di perairan Karibia yang berdekatan dengan Venezuela.
Dalam wawancara dengan Fox News pada Sabtu (11/10/2025), Machado menyatakan kekagumannya terhadap Donald Trump dan bahkan mendedikasikan penghargaan Nobel Perdamaian itu kepada “rakyat Venezuela yang menderita” dan kepada Trump sendiri.
“Ia pantas mendapatkannya,” kata Machado.
“Karena bukan hanya telah berperan dalam menyelesaikan delapan konflik perang dalam beberapa bulan saja, tetapi tindakannya juga membawa Venezuela ke ambang kebebasan,” imbuhnya.
Adapun Trump dari Washington mengonfirmasi bahwa dirinya telah berbicara langsung dengan Machado.