WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengatakan, ia sedang mempertimbangkan kemungkinan melakukan serangan di darat terhadap kartel narkoba Venezuela, setelah sebelumnya melancarkan beberapa serangan mematikan di laut.
Sebagaimana dilansir AFP, Rabu (15/101/2025), Trump menyebut langkah itu sebagai bagian dari upaya memperluas operasi kontra-narkotika yang diklaimnya berhasil menekan jalur penyelundupan lewat laut.
Namun, rencana tersebut langsung memicu kekhawatiran baru soal eskalasi militer dan legalitas tindakan AS di luar negeri.
Baca juga: Peraih Nobel Perdamaian Asal Venezuela Dihina Presiden Sendiri, tapi Dipuji Trump
Speedboat dari Venezuela. Venezuela Beri Senjata ke Warganya Usai Serangan Angkatan Laut AS Tewaskan 17 OrangRencana Trump untuk menyerang daratan Venezuela ini disampaikan secara public kepada awak media.
“Kami tentu sedang melihat ke darat sekarang, karena laut sudah kami kendalikan dengan sangat baik,” kata Trump kepada para wartawan di Gedung Putih, ketika ditanya apakah ia sedang menimbang opsi serangan darat.
Namun, Trump menolak mengonfirmasi laporan The New York Times yang menyebut ia diam-diam telah memberi wewenang kepada CIA untuk melakukan operasi rahasia di Venezuela, termasuk terhadap pemerintahan Presiden Nicolas Maduro.
Ketika ditanya apakah ia telah memberi izin kepada CIA untuk “menyingkirkan” Maduro, Trump menjawab, “Itu pertanyaan yang konyol untuk diajukan kepada saya. Sebenarnya bukan pertanyaan yang konyol, tapi bukankah itu pertanyaan yang konyol untuk saya jawab?”
Trump pada Selasa (14/10/2025) juga mengatakan bahwa serangan terbaru terhadap kapal yang diduga mengangkut narkoba dari Venezuela telah menewaskan enam orang yang ia sebut sebagai “narkoteroris”. Sejauh ini, sedikitnya 27 orang telah tewas dalam serangkaian serangan laut tersebut.
Baca juga: Trump Pamer Habisi Kapal-kapal di Dekat Venezuela, Klaim Setop Peredaran Narkoba
Meski Trump mengeklaim operasi itu sukses, sejumlah pakar mempertanyakan legalitas penggunaan kekuatan mematikan di perairan internasional terhadap tersangka yang belum sempat diinterogasi atau ditangkap.
Mereka menilai tindakan semacam itu berpotensi melanggar hukum internasional dan prinsip hak asasi manusia.
Presiden Kolombia, Gustavo Petro, turut menanggapi isu ini. Ia mengatakan meyakini sebagian dari korban yang tewas dalam serangan-serangan tersebut adalah warga Kolombia.
“Kami memiliki alasan untuk percaya bahwa beberapa dari mereka bukan anggota kartel, melainkan warga sipil Kolombia,” kata Petro dalam pernyataannya.
Namun, hingga kini, belum ada tanggapan resmi dari pemerintah Venezuela maupun CIA mengenai laporan itu.
Baca juga: Meski Bermusuhan dengan AS, Venezuela Tetap Lindungi Kedubes Amerika dari Ancaman Bom
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang