WASHINGTON DC, KOMPAS.com – Amerika Serikat dan China berencana menggelar pembicaraan tingkat tinggi di Malaysia pada akhir pekan depan, dalam rangka persiapan pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping.
Informasi tersebut disampaikan oleh Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, dalam konferensi pers pada Kamis (16/10/2025) waktu setempat.
Menurut Bessent, dirinya akan melakukan pembicaraan melalui sambungan telepon dengan Wakil Perdana Menteri China He Lifeng pada malam yang sama, sebelum delegasi kedua negara bertemu langsung di Malaysia sekitar sepekan kemudian.
Baca juga: AS-China Sepakat Gelar Putaran Baru Perundingan Dagang Pekan Depan
“Tim kami dan delegasi China yang dipimpin oleh Wakil Perdana Menteri kemungkinan akan bertemu di Malaysia pekan depan, guna mempersiapkan pertemuan kedua presiden,” ujar Bessent, dikutip dari Straits Times.
Pernyataan itu disampaikan di sela-sela pertemuan makan siang antara Trump dan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Gedung Putih.
Saat itu, mereka menjawab beberapa pertanyaan dari jurnalis yang hadir.
“Saya pikir situasinya sudah mereda,” tambah Bessent.
Ia juga berharap China dapat menunjukkan sikap saling menghormati dalam hubungan bilateral, seperti yang telah ditunjukkan AS.
Bessent meyakini, kedekatan pribadi antara Trump dan Xi akan membantu meredakan ketegangan yang terjadi.
“Kami berharap China menunjukkan rasa hormat yang sama seperti yang kami berikan kepada mereka. Saya yakin, karena hubungan Presiden Trump dengan Presiden Xi, kita bisa membawa hubungan ini kembali ke jalur yang positif,” kata dia.
Baca juga: AS Kecam Pembatasan Ekspor Tanah Jarang, Sebut China Melawan Dunia
Ikon APEC 2025 yang terpajang di Gyeongju Station, Kota Gyeongju, Provinsi Gyeongsang. Trump mengonfirmasi bahwa pertemuan empat mata dengan Xi akan digelar di sela KTT tersebut.
“Kami sedang berdiskusi, dan saya yakin kita akan mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan,” ujar Trump. “Saya rasa kita akan mendapatkan hasil.”
Ketegangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia ini kembali memanas setelah Beijing mengumumkan aturan ekspor baru terhadap mineral tanah jarang, komoditas penting dalam industri teknologi tinggi.
Sebagai respons, Trump pekan lalu mengancam akan memberlakukan tarif tambahan sebesar 100 persen terhadap impor produk asal China.
Sejak kembali menjabat sebagai Presiden AS pada Januari lalu, Trump belum pernah bertemu langsung dengan Presiden Xi.
Baca juga: Ribuan Warga AS Jadi Korban Penipuan SMS Palsu dari China, Begini Modusnya
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang