KOMPAS.com - Kabar seekor macan tutul yang kabur dari Lembang Park and Zoo, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, menghebohkan publik. Satwa liar dilindungi itu diduga masuk ke kawasan hutan Gunung Tangkuban Parahu setelah menjebol atap kandang karantina.
Peristiwa ini memunculkan kekhawatiran karena berpotensi menimbulkan konflik antara satwa dan manusia.
Anggota Dewan Pengelola Taman Safari Indonesia (TSI), John Sumampau, menegaskan bahwa penanganan macan tutul yang kabur tidak bisa dilakukan secara main-main.
Baca juga: Pencarian Macan Tutul Lepas Dihentikan, Kapan Lembang Park & Zoo Buka dan Aman untuk Wisatawan?
Ia mengingatkan bahwa kawasan Gunung Tangkuban Parahu merupakan destinasi wisata dan dekat dengan permukiman warga. Kondisi tersebut rawan menimbulkan konflik jika satwa itu memasuki area penduduk.
“Ini bukan hal yang mudah dan bukan yang tanpa risiko, sehingga tidak bisa main-main soal ini,” kata John melalui telewicara, Rabu (3/9/2025) dikutip dari Antara.
John juga menjelaskan bahwa bahaya semakin meningkat jika macan tutul yang masih muda tersebut mengalami gangguan psikologis akibat stres.
Menurutnya, satwa predator ini pandai berkamuflase, bahkan dalam jarak lima meter bisa tidak terlihat.
Baca juga: Lembang Park and Zoo Masih Tutup Meski Pencarian Macan Tutul Dihentikan
Namun, bila terganggu secara psikologis, satwa itu justru bisa mendekati perkampungan untuk mencari makanan.
Cara ini dinilai efektif untuk menghalau macan tutul kembali ke habitatnya. Meski begitu, ia tetap menekankan bahwa prosedur penanganan harus sesuai standar, termasuk penggunaan alat bius jarak jauh agar tidak membahayakan satwa maupun petugas.
“Kalau nyawa satwanya hilang, nama kita jelek di dunia. Kalau kita kehilangan nyawa petugas juga tidak lucu. Karena ini tidak bisa main-main,” ujarnya.
Baca juga: Jejak Terakhir Macan Tutul Kabur dari Lembang Park and Zoo Mengarah ke Gunung Tangkuban Parahu
Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Jawa Barat memastikan bahwa macan tutul yang lepas mengarah ke hutan Gunung Tangkuban Parahu.
Kepala BBKSDA Jabar, Agus Arianto, mengatakan dugaan itu diperoleh dari temuan jejak kaki satwa yang terpantau tim pencari di lapangan.
“Kenapa kita prediksi ke situ, jejak terakhirnya memang mengarah ke sana (Gunung Tangkuban Parahu),” kata Agus.
Menurut Agus, sifat alami macan tutul yang menghindari manusia membuat pihaknya sejak awal memperkirakan satwa tersebut akan masuk ke hutan.
Meski pencarian intensif dihentikan, pemantauan tetap dilakukan dengan bantuan pemerhati satwa dan pihak terkait lainnya.
Baca juga: Macan Tutul Kabur dari Lambang Park Zoo, Kini Diduga Masuk Hutan Tangkuban Parahu