KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Albania, Edi Rama, membuat gebrakan tak biasa dengan menunjuk seorang “menteri” berbasis kecerdasan buatan (AI) bernama Diella dalam kabinet barunya.
Langkah ini dilakukan untuk menangkal korupsi sekaligus mendorong transparansi dan inovasi dalam pemerintahan.
Diella, yang namanya berarti “matahari” dalam bahasa Albania, menjadi sosok AI pertama yang diberi peran resmi mendampingi kabinet.
Meski tak berbentuk fisik, ia digambarkan sebagai figur perempuan berbusana tradisional Albania dan dikembangkan lewat kerja sama dengan Microsoft.
Rama menyebut Diella sebagai instrumen strategis untuk memastikan seluruh proses tender publik berjalan tanpa celah korupsi.
Menurut Badan Nasional Masyarakat Informasi Albania, sejak awal 2025 Diella telah membantu masyarakat melalui platform digital e-Albania, melayani lebih dari satu juta pertanyaan dan permintaan dokumen digital.
“Dengan sistem berbasis data dan aturan yang tidak bisa disuap, tender publik akan 100 persen bebas dari korupsi,” kata Rama, dikutip BBC, Jumat (12/9/2025).
Baca juga: Ramai Warganet Ikuti Tren Foto Polaroid Bareng Artis Pakai AI, Bagaimana Etikanya?
Perdana Menteri Albania, Edi Rama tunjuk AI bernama Diella sebagai menteri untuk mengawasi seluruh proses pengadaan barang dan jasa negaraMeski terdengar monumental, penunjukan Diella lebih bersifat simbolis. Konstitusi Albania menyebut menteri harus warga negara berusia minimal 18 tahun dan sehat secara mental, sehingga entitas non-manusia tak mungkin sah secara hukum.
Namun bagi Rama, ada keuntungan jelas: tidak ada risiko kebocoran politik, tidak ada haus kekuasaan, dan tidak mungkin terjerat skandal keuangan.
“Hal ini memberi tekanan kepada anggota kabinet untuk bertindak dan berpikir berbeda. Itu keuntungan terbesar yang saya harapkan dari menteri ini,” ujarnya.
Baca juga: 2 Cara Bikin Foto Diri Jadi Action Figure Keychain Pakai AI
Langkah ini menuai reaksi beragam. Partai oposisi Demokrat menyebut gagasan tersebut konyol dan inkonstitusional.
Pengusaha keuangan Aneida Bajraktari Bicja menilai Rama kerap mencampuradukkan reformasi dengan “sandiwara politik”, meski mengakui potensi positif bila sistem ini benar-benar meningkatkan transparansi.
Pakar hukum mempertanyakan akuntabilitas Diella, sebab dalam sistem pemerintahan modern, tanggung jawab publik selalu diemban pejabat manusia, bukan algoritme.
Kekhawatiran juga datang dari pakar keamanan siber. Bila sistem ini diretas, dampaknya bisa sangat besar karena terkait kontrak bernilai jutaan euro.
Baca juga: 10 Chatbot AI Paling Banyak Digunakan, ChatGPT Peringkat Berapa?
Meski begitu, sejumlah ahli menilai langkah ini bisa menjadi peluang. Dr. Andi Hoxhaj dari King’s College London menyebut AI mampu meminimalkan praktik curang karena semua syarat tender dapat diperiksa secara transparan secara daring.
Ia menambahkan, ambisi Albania bergabung dengan Uni Eropa pada 2027 menjadi dorongan kuat untuk memberantas korupsi.
“Banyak yang dipertaruhkan. Jika Diella efektif, maka patut dicermati,” kata Hoxhaj, dikutip dari Associated Press (AP), Jumat.
Rama sendiri tidak menampik ada unsur publisitas dalam pengangkatan ini. Namun, ia menegaskan pesan serius di baliknya: jika para menteri tidak bergerak cepat dan bersih, kursi mereka suatu hari bisa benar-benar digantikan oleh kecerdasan buatan.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang