Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Untar untuk Indonesia
Akademisi

Platform akademisi Universitas Tarumanagara guna menyebarluaskan atau diseminasi hasil riset terkini kepada khalayak luas untuk membangun Indonesia yang lebih baik.

Horor Kemacetan: Menghidupkan (Kembali) "Work from Everywhere"

Kompas.com - 03/11/2025, 08:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Frangky Selamat*

UDARA panas Jakarta di bawah terik matahari yang seakan membakar, menambah ruwetnya lalu lintas lantaran macet yang tak kunjung terurai.

Terbayang pengalaman lima tahun lalu ketika pandemi Covid-19 melanda dunia. Macet di Jakarta seolah sirna.

Kini kemacetan teramat parah hingga disebut “horor” menjadi hal yang sering terjadi. Masifnya penggunaan kendaraan pribadi dan masih kurang optimalnya penggunaan fasilitas transportasi umum selalu ditunjuk menjadi penyebab utama kemacetan.

Sesungguhnya pemerintah pusat dan provinsi tidak tinggal diam. Sejumlah kebijakan telah ditetapkan dan dijalankan.

Penambahan dan modernisasi armada TransJakarta telah dilakukan. Penambahan rute terus dijalankan.

Integrasi antarmoda semakin baik. MRT, LRT, dan BRT memberikan banyak alternatif rute. Memudahkan warga kota yang bepergian.

Berita survei global yang dilakukan Time Out memberikan angin segar. Survei yang dilakukan terhadap 18.000 responden dunia memperlihatkan Jakarta menempati peringkat ke-17 dari 50 kota dengan sistem transportasi publik terbaik di dunia.

Posisi yang lebih baik daripada Kuala Lumpur, Manila dan Bangkok. Jakarta hanya “kalah” dari Singapura.

Baca juga: Revolusi Ketenagakerjaan untuk Gen Z

Tidak hanya itu. Kebijakan lain juga telah ditempuh. Pemerintah Provinsi DKI Jakarta melalui Instruksi Gubernur Nomor 6 Tahun 2025 juga telah mewajibkan penggunaan transportasi umum pada hari Rabu bagi pegawai Pemprov Jakarta. Kebijakan yang patut didukung, tapi efeknya seperti tidak terasa.

Kemacetan tetap menjadi pemandangan lumrah dan makin membelenggu warga kota. Capek di jalan, stres berkepanjangan dan penghamburan waktu serta tenaga yang tidak perlu.

Pekerja berbasis pengetahuan

Semestinya ada alternatif lain untuk mengurangi kemacetan selain fokus pada aspek transportasi.

Mengingat kondisi pada masa pandemi, tidakkah dipertimbangkan kembali menghidupkan work from home atau work from everywhere atau apapun namanya pada beberapa bidang kerja?

Tentu penerapan yang tidak seratus persen karena interaksi sosial secara langsung tetap dibutuhkan manusia.

Mantan CEO Google Eric Schmidt sempat mempertanyakan efektifitas kerja fleksibel, yang mementingkan work-life-balance, tapi tidak membuat organisasi lebih kompetitif.

Halaman:


Terkini Lainnya
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Ramai soal Peserta TKA Bisa Live TikTok Saat Ujian, Ini Penjelasan Kemendikdasmen
Tren
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Beli Tiket Kereta Lokal tapi Tak Dapat Kursi, Bolehkah Duduk di 1A/B dan 24A/B?
Tren
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
10 Karakter Seseorang yang Tersirat dari Caranya Memesan Kopi
Tren
Kisah Bayi '7-Eleven' yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Kisah Bayi "7-Eleven" yang Lahir pada 7/11 Pukul 7.11 Malam, Berat 7 Pon 11 Ons, dan Dapat Dana Kuliah 7.111 Dollar AS
Tren
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Setelah Gelar Pangeran Dicabut, Raja Charles III Kini Berupaya Hapus Gelar Militer Terakhir Andrew
Tren
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Ilmuwan Temukan Medan Magnet Bumi Pernah Kacau 500 Juta Tahun Lalu, Apa yang Terjadi?
Tren
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Ada Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Ini Alasan 5 Anggota DPR Nonaktif Dilaporkan ke MKD
Tren
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Cara Menyaksikan Fenomena Supermoon Emas 5 November 2025
Tren
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
BPOM Pastikan Obat Atorvastatin yang Ditarik di AS Tak Beredar di Indonesia
Tren
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Apa Jadinya jika Kita Pakai BBM Tak Sesuai Spesifikasi Mesin? Ini Kata Pakar
Tren
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Gempa 6,3 SR Guncang Afghanistan Utara, 20 Orang Tewas, Ratusan Terluka
Tren
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Satu Indonesia Pernah Kena Prank oleh Seorang Perempuan yang Mengandung Bayi Ajaib
Tren
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Wali Kota di Meksiko Tewas Ditembak di Tengah Perayaan Hari Orang Mati
Tren
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Beli Tiket Kereta Api Lewat KAI Access Kena Platform Fee Rp 3.000, KAI: Tak Jadi
Tren
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Daftar Kampus dengan Prodi S1 Manajemen Terbaik di Indonesia 2025
Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau