KOMPAS.com - Masyarakat dapat menyaksikan fenomena Golden Supermoon (Supermoon Emas) di malam hari pada 5 November 2025.
Tanggal tersebut bertepatan dengan fase bulan purnama yang dijuluki sebagai Beaver Moon (bulan berang-berang).
Julukan yang disematkan oleh masyarakat Pribumi Amerika Utara secara tradisional karena menandai musim ketika berang-berang membangun pondok musim dingin mereka.
Baca juga: Catat Fenomena Langit November 2025: Ada Supermoon Terbesar, Hujan Meteor, dan Komet Lemmon
Menariknya, bulan purnama yang terjadi pada 5 November besok merupakan supermoon. Di mana, penampakan bulan terlihat lebih besar dan terang daripada purnama biasanya.
Supermoon terjadi ketika bulan mencapai fase purnamanya saat mendekati perigee, titik terdekat dalam orbit elipsnya mengelilingi Bumi.
Bulan akan mengorbit sekitar 27.000 kilometer lebih dekat ke Bumi daripada rata-rata jarak biasanya.
Baca juga: Bulan Purnama 7 Oktober 2025 Termasuk Fenomena Langka, Kok Bisa?
Kondisi tersebut membuat bulan tampak sekitar tujuh persen lebih besar dan bisa mencapai 16 persen lebih terang daripada bulan purnama pada umumnya.
Supermoon juga akan tampak keemasan karena posisi bulan yang rendah saat awal kemunculan memberinya rona jingga keemasan.
Kondisi ini yang membuat fenomena bulan purnama pada 5 November disebut Golden Supermoon atau Supermoon Emas.
Baca juga: Ada Supermoon pada 5 November 2025, Jadi yang Terbesar Tahun Ini
Cara menyaksikan supermoon 5 November 2025.Bulan resmi mencapai fase penuh pada Rabu, 5 November 2025 pukul 13:19 UTC, atau sekitar pukul 20:19 WIB.
Dan waktu paling tepat untuk mengamatinya adalah pada jam pertama tepat setelah bulan muncul di ufuk timur.
Pada sudut rendah tersebut, "ilusi bulan" membuatnya tampak lebih besar daripada ukuran sebenarnya.
Baca juga: Kapan Supermoon Terjadi Lagi? BMKG Ungkap Jadwalnya
Ini adalah fenomena keanehan optik yang terjadi ketika otak membandingkan bulan dengan objek-objek penting di sekitarnya seperti pepohonan atau bangunan.
Posisi bulan yang rendah juga memberinya rona jingga keemasan, akibat atmosfer Bumi yang menyebarkan panjang gelombang biru yang lebih pendek dan membiarkan warna yang lebih hangat mendominasi.