BANDUNG BARAT, KOMPAS.com - Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang dikelola Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) Pangauban di Kecamatan Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, terpaksa dihentikan total.
Hal ini disebabkan hilangnya dana operasional sebesar Rp1 miliar dari rekening lembaga, yang diduga penipuan digital melalui manipulasi data perbankan.
Saldo yang raib tersebut sebelumnya dialokasikan untuk kebutuhan dapur MBG, sebuah program unggulan pemerintah dalam penanganan gizi anak sekolah.
Baca juga: SPPG di Purworejo Ini Gunakan 20 Galon Air Per Hari untuk Masak Menu MBG
Kini, dapur SPPG Pangauban tidak dapat beroperasi karena tidak memiliki dana untuk membeli bahan baku makanan.
“Benar kejadiannya seperti itu. Jadi kami tidak bisa beroperasi karena dana yang ada terkuras oleh penipu. Jelas ini kelalaian dari Kepala SPPG,” ungkap Pemilik SPPG Pangauban, Hendrik Irawan, saat dikonfirmasi pada Senin (3/11/2025).
Kejadian ini bermula ketika Kepala SPPG Pangauban yang berinisial MC menerima notifikasi dari sistem BNI Direct yang meminta penggantian kata sandi pada Kamis (31/10/2025).
MC kemudian menghubungi layanan chat resmi BNI melalui situs yang diyakini benar.
Tidak lama setelah itu, seseorang yang mengaku sebagai petugas BNI menghubungi MC dan mengirimkan tautan untuk mengganti kata sandi.
Dalam komunikasi tersebut, MC juga diminta untuk memberikan sejumlah data penting terkait rekening institusi.
Karena khawatir dana dibekukan, MC mengikuti instruksi tersebut tanpa melakukan verifikasi lebih lanjut. Setelah itu, nomor pihak yang mengaku dari BNI tidak dapat dihubungi kembali.
Baca juga: Baru 408 dari 2.100 SPPG di Jabar yang Kantongi Sertifikat Laik Higiene Sanitasi
Saat MC memeriksa saldo melalui akun BNI Direct, dana di rekening yang semula mencapai Rp1 miliar kini hanya tersisa Rp12 juta.
“Jadi kata akuntan, ahli gizi, dan pegawai lainnya itu sudah mengingatkan telepon itu jangan langsung dipercaya, khawatir penipuan. Tapi tidak didengarkan, akhirnya kejadian seperti ini,” kata Hendrik.
Kehilangan saldo ini mengakibatkan seluruh kegiatan dapur MBG di Pangauban terhenti.
Ribuan porsi makanan yang biasanya disalurkan setiap hari tidak lagi bisa diproduksi akibat lenyapnya anggaran operasional.
Hendrik menyebutkan, pihaknya telah melaporkan kasus ini ke Badan Gizi Nasional (BGN) dan diarahkan untuk membuat laporan resmi ke Bareskrim Polri.
Proses klarifikasi terhadap kasus ini sedang berlangsung, termasuk pemeriksaan terhadap pihak-pihak yang terlibat.
“Jadi kami sudah melapor ke BGN dan meminta solusi baiknya bagaimana. Kami masih menunggu solusinya, untuk dapur tidak beroperasi karena tidak ada dana lagi,” tutup Hendrik.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang