Kisah dari Batur: Iuran Qurban yang Menggema ke Seluruh Negeri
Di ketinggian pegunungan Dieng, tersembunyi sebuah kisah inspiratif dari Desa Batur, Banjarnegara, yang layak menjadi referensi nasional dalam pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas.
Di desa ini, warga membuktikan bahwa semangat gotong royong bukan hanya wacana, melainkan budaya hidup yang melekat dalam denyut kehidupan sosial. Mereka membentuk sistem iuran qurban yang tak hanya efektif, tapi juga inklusif.
Tak peduli profesi atau penghasilan, hampir setiap warga ikut menyisihkan uang mulai dari Rp50.000 hingga Rp250.000 per bulan, atau rata-rata Rp. 100.000 per bulan secara konsisten sepanjang tahun.
Hasilnya mencengangkan. Tanpa bergantung pada donatur besar atau program pemerintah, mereka dapat menyembelih sapi dan kambing dalam jumlah signifikan setiap Idul Adha.
Bagi warga, qurban bukan lagi beban tahunan, tapi bagian dari rutinitas ibadah yang disederhanakan lewat kolektivitas. Sistem iuran ini membuat qurban tidak eksklusif bagi yang "mampu secara tiba-tiba", melainkan inklusif bagi semua yang konsisten.
Yang lebih menggetarkan, praktik ini dijalankan tanpa insentif pajak, tanpa aplikasi digital, tanpa promosi media social, semuanya berbasis kepercayaan, musyawarah, dan amanah. Di sinilah letak kekuatannya: bukan hanya pada jumlah hewan qurban yang disembelih, tapi pada nilai sosial dan spiritual yang dibangunnya.
Desa Batur telah menunjukkan bahwa jika komunitas diberi ruang untuk mengatur dirinya secara partisipatif, maka keberdayaan akan lahir dari akar rumput, bukan dari atas. Kini, gema iuran qurban mereka tak lagi hanya terdengar di Banjarnegara, tapi mulai menginspirasi banyak desa di seluruh Indonesia.

Simulasi Dahsyat: Separuh Rakyat Indonesia Beri Iuran Rata rata Rp100.000 Sebulan