Mohon tunggu...
TJIPTADINATA EFFENDI
TJIPTADINATA EFFENDI Mohon Tunggu... Kompasianer of the Year 2014 - The First Maestro Kompasiana

Lahir di Padang,21 Mei 1943

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Tidak Berbohong Bukanlah Berarti Serta Merta Menceritakan Kebenaran

8 Juni 2025   19:14 Diperbarui: 8 Juni 2025   19:29 44
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak Berbohong Bukan Berarti Menyampaikan Kebenaran

Mencari kebenaran sejati dalam hidup bukanlah perkara mudah. Bahkan seringkali, yang kita sebut sebagai "kebenaran" hanyalah sudut pandang terbatas dari pengalaman atau kepentingan pribadi.

Apa yang dianggap benar oleh seseorang, belum tentu dianggap sama oleh orang lain. Jawaban atas satu pertanyaan bisa sangat beragam, bergantung pada siapa yang menjawab dan latar belakang apa yang memengaruhi jawabannya. Inilah mengapa, kebenaran yang disampaikan secara sepotong-potong justru dapat menjadi sumber perpecahan.

Belajar dari Alam Sekitar

Hidup adalah proses pembelajaran yang tidak pernah berhenti. Dari buaian hingga liang lahat, kita terus belajar dari berbagai hal di sekitar kita, bahkan dari makhluk-makhluk kecil seperti semut atau burung pipit.

Lihatlah semut yang bersusah payah membawa sebutir nasi ke sarangnya. Ia tidak menikmatinya sendiri, melainkan berbagi dengan komunitasnya. Dari semut kita belajar arti kerja keras dan berbagi tanpa pamrih.

Atau sepasang burung pipit. Ketika badai menghancurkan sarang mereka, mereka tidak menghabiskan waktu untuk meratapi nasib. Mereka segera bekerja sama membangun kembali sarang mereka dengan tabah. Dari burung pipit kita belajar bahwa menangisi keadaan tidak akan mengubah apapun. Hanya usaha dan ketekunan yang bisa memperbaiki keadaan.

Legenda Gajah dari Thailand

Dalam budaya Thailand, ada sebuah legenda bijak yang sarat makna tentang bagaimana sebuah "kebenaran" bisa menyesatkan bila tidak dipahami secara utuh.

Konon, di masa lalu, negeri Thailand belum memiliki gajah. Seorang Maharaja yang bijak ingin rakyatnya mengetahui seperti apa sebenarnya wujud gajah. Ia memerintahkan untuk mendatangkan gajah dari negeri seberang. Ketika gajah akhirnya tiba setelah berbulan-bulan perjalanan, para pawang memperingatkan agar tidak menyalakan obor karena bisa membuat gajah mengamuk. Maka, sang gajah dikandangkan dalam gelap.

Para menteri kerajaan mendapat kehormatan untuk "melihat" gajah lebih dulu dalam gelap.

Menteri pertama memegang kaki gajah dan berkata, "Gajah itu seperti balok besar."

Menteri kedua menyentuh gading dan berseru, "Tidak, gajah itu keras dan runcing!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Laporkan Konten
Laporkan Akun