Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tren Pernikahan Dini Masih Terjadi, Dokter Ingatkan Dampaknya...

Kompas.com - 30/05/2025, 16:34 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com - Pernikahan dini masih menjadi fenomena yang kerap terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Meskipun pemerintah telah menetapkan batas minimal usia menikah, praktik pernikahan pada usia remaja tetap berlangsung dengan berbagai alasan sosial, budaya, hingga ekonomi.

Namun, para ahli kesehatan mengingatkan bahwa pernikahan di usia muda memiliki dampak serius terhadap kesehatan reproduksi perempuan.

Menurut dr. Indra Adi Susianto, MSi.Med., Sp.OG, yang dihubungi Kompas.com pada Jumat (30/5/2025), kehamilan di usia remaja merupakan kondisi yang rentan karena organ tubuh belum sepenuhnya siap untuk mengandung dan melahirkan anak.

Baca juga: Konsumsi Nanas Saat Hamil Sebabkan Keguguran: Mitos atau Fakta?

Organ reproduksi remaja belum siap untuk kehamilan

Kehamilan di usia remaja, terutama di bawah 18 tahun, dapat menimbulkan berbagai risiko medis.

“Tubuh remaja masih dalam tahap perkembangan, dan sistem kardiovaskular mereka mungkin belum sepenuhnya mampu beradaptasi dengan kehamilan,” jelas Indra.

Kondisi ini meningkatkan risiko komplikasi serius seperti preeklamsia, yaitu tekanan darah tinggi dalam kehamilan yang dapat berkembang menjadi kejang (eklamsia) atau gangguan pada organ tubuh lainnya.

Selain itu, ia juga menyebutkan bahwa remaja yang hamil lebih berisiko melahirkan bayi prematur dan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Dalam beberapa kasus, risiko kematian janin juga meningkat secara signifikan. Hal ini terjadi karena kondisi fisik remaja yang belum matang secara biologis untuk menjalani proses kehamilan dan persalinan.

Baca juga: Mitos Kehamilan: Bentuk Perut Tidak Menentukan Jenis Kelamin Janin

Dampak jangka panjang kehamilan usia remaja

Dampak kehamilan dini tidak hanya dirasakan selama masa kehamilan, tetapi juga bisa berpengaruh jangka panjang terhadap kesehatan fisik dan mental remaja.

“Remaja hamil cenderung mengalami kekurangan gizi, infeksi organ kandungan, serta komplikasi lainnya,” ungkapnya.

Tak hanya itu, aspek psikologis pun turut terdampak. Remaja yang menjalani kehamilan bisa mengalami tekanan mental yang berat, seperti depresi.

Dalam beberapa kasus, hal ini dapat berujung pada perilaku berisiko, termasuk kecenderungan untuk menggunakan narkoba dan alkohol sebagai bentuk pelarian dari stres.

Pernikahan dan kehamilan di usia remaja bukanlah perkara sepele. Selain berisiko tinggi terhadap kesehatan ibu dan bayi, dampaknya bisa berlangsung lama dan memengaruhi kualitas hidup perempuan di masa depan.

Oleh karena itu, edukasi mengenai kesehatan reproduksi serta perlindungan terhadap anak-anak dari praktik pernikahan dini menjadi hal yang sangat penting untuk terus didorong.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau