KOMPAS.com – Di tengah arus informasi yang tiada henti, dari notifikasi media sosial hingga tuntutan pekerjaan digital, banyak dari kita terbiasa mengisi setiap waktu luang dengan berbagai stimulasi.
Namun, menurut para ilmuwan, kebiasaan ini justru dapat membebani otak dan memicu kelelahan mental.
Sebuah teori bernama attention restoration theory (ART) menjelaskan bahwa membiarkan pikiran beristirahat tanpa tujuan spesifik, dengan cara membiarkan perhatian kita melayang tanpa fokus, dapat memulihkan daya konsentrasi dan meredakan stres.
“Dengan tidak secara sadar memfokuskan diri pada apa pun dan membiarkan pikiran melayang, hal ini dapat mengurangi stres dan meningkatkan ketajaman kognitif,” tulis Anna Kenyon, dosen senior di University of Lancashire, dalam artikel di The Conversation, dikutip dari Science Alert, Rabu (6/8/2025).
Baca juga: Pakar IPB: Forest Bathing Efektif Redakan Stres dan Tingkatkan Imunitas Tubuh
Teori ini pertama kali dikemukakan oleh dua psikolog, Rachel dan Stephen Kaplan, pada 1989. Mereka membagi perhatian menjadi dua jenis:
Tanpa cukup waktu untuk menjalani undirected attention, seseorang berisiko mengalami attentional fatigue, atau kelelahan dalam memperhatikan. Akibatnya, konsentrasi menurun dan otak menjadi lebih mudah terdistraksi.
“Kini, bahkan momen ‘bosan’ seperti menunggu bus pun digantikan dengan menggulir ponsel,” tulis Kenyon.
Padahal, jeda-jeda seperti itu sebelumnya memberi ruang bagi otak untuk “mematikan” sejenak beban konsentrasi.
Baca juga: Stres Bikin Wajah Kusam dan Bermasalah, Ini Tips Perawatan dari Ahli
Sejak abad ke-19, pemikir seperti William James telah menyoroti pentingnya perhatian sukarela (voluntary attention) yang membutuhkan usaha kognitif.
Pandangan ini sejalan dengan gerakan Romantisisme yang mengagungkan alam sebagai tempat pemulihan jiwa.
Kini, berkat teknologi neuroimaging, para peneliti menemukan bahwa aktivitas di amigdala, bagian otak yang terkait dengan stres dan kecemasan, berkurang ketika seseorang berada di lingkungan alami. Sebaliknya, paparan lingkungan urban tidak menunjukkan efek serupa.
Dalam salah satu uji coba terkontrol acak, peserta yang berjalan selama 40 menit di alam menunjukkan kadar stres lebih rendah dibandingkan mereka yang berjalan di lingkungan kota. Temuan ini mendukung bahwa alam dapat memfasilitasi proses pemulihan perhatian.
Baca juga: Gaya Hidup Serba Cepat dan Stres, Kombinasi Mematikan bagi Jantung
Sebuah tinjauan sistematis dari 42 studi menunjukkan bahwa paparan terhadap lingkungan alami berkaitan dengan peningkatan performa kognitif, termasuk kemampuan memperhatikan.
Bahkan, hanya dengan melihat pemandangan alam saat berjalan di treadmill, seseorang sudah bisa merasakan peningkatan performa kognitif dan pengurangan kelelahan mental.
“Bahkan sepuluh menit waktu untuk perhatian yang tidak diarahkan dapat meningkatkan hasil tes kognitif dan mengurangi kelelahan mental,” tulis Kenyon.
Untuk mencoba manfaat ART, Anda tidak perlu pergi jauh ke gunung atau hutan lebat. Cukup temukan ruang hijau terdekat, taman kota, pinggir sungai, atau jalur pejalan kaki yang tenang.
Yang terpenting, simpan ponsel Anda. Biarkan perhatian Anda melayang bebas, entah itu dengan mengamati kepik berjalan di meja, mendengarkan suara angin, atau hanya duduk diam tanpa memikirkan apa pun secara spesifik.
“Ini bukan kemalasan, ini adalah perawatan neurologis,” ujar Kenyon.
Meluangkan waktu untuk membiarkan pikiran mengembara bukanlah kemunduran, melainkan bagian dari pemulihan otak yang penting di era serba cepat ini.
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang