KOMPAS.com – Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, dr. Santi, menjelaskan bahwa kuman tuberkulosis (TB) yang kebal terhadap obat terbentuk akibat kegagalan pengobatan TB.
Kondisi ini membuat penyakit lebih sulit disembuhkan dan meningkatkan risiko penularan.
“Kuman yang kebal obat ini terbentuk dari kegagalan pengobatan TB,” ujar Santi dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (15/8/2025).
Baca juga: Indonesia Peringkat Dua Kasus TB Terbanyak di Dunia, 14 Orang Meninggal Setiap Jam
Menurut Santi, kegagalan pengobatan TB dapat dipicu oleh tiga faktor utama, yakni:
Dari ketiga faktor tersebut, ketidakpatuhan pasien menjadi penyebab yang paling sering ditemui.
Hal ini terjadi karena lamanya pengobatan, jumlah obat yang banyak, efek samping seperti mual dan lelah, beban ekonomi, hingga stigma sosial terhadap penderita TB.
Baca juga: Dokter: Masker Wajib bagi Tenaga Kesehatan saat Tangani Pasien TBC
Santi menegaskan bahwa bakteri TB kebal obat lebih sulit diobati, membutuhkan waktu pengobatan lebih lama, memerlukan obat yang lebih mahal, dan memiliki risiko kematian lebih tinggi.
“Orang yang tertular TB kebal obat bisa mengalami TB laten dan berpotensi sakit TB aktif meskipun sebelumnya tidak pernah sembarangan minum obat TB,” jelasnya.
Penularan TB kebal obat berlangsung sama seperti TB sensitif obat, melalui udara yang mengandung droplet bakteri dari penderita.
Kuman TB memiliki dua bentuk, yaitu aktif dan dorman (‘tidur’).
Kuman aktif lebih mudah dikendalikan, sedangkan kuman dorman membutuhkan waktu lebih lama untuk diatasi.
Pengobatan TB umumnya berlangsung selama enam bulan, dengan dua bulan pertama untuk membasmi kuman aktif dan empat bulan berikutnya untuk membasmi kuman dorman.
“Banyak pasien berhenti minum obat setelah dua bulan karena merasa gejala mereda. Padahal yang baru diatasi hanyalah kuman aktif,” ujar Santi.
Untuk mencegah putus obat, Santi merekomendasikan pendampingan pasien oleh Pengawas Minum Obat (PMO).
PMO bertugas memastikan pasien minum obat secara teratur, sesuai anjuran dokter, hingga tuntas.
“Adanya PMO akan meningkatkan keberhasilan pengobatan dan memutus rantai penularan TB,” tegasnya.
Baca juga: Batuk Berdahak Disertai Darah, Apakah Tanda TBC? Ini Penjelasan Dokter Paru
Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang