Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dokter Jelaskan Makanan Pemicu Kanker dan Tips Menggoreng yang Lebih Aman

Kompas.com - 15/08/2025, 20:47 WIB
Ria Apriani Kusumastuti

Penulis

KOMPAS.com – Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia, dr. Santi, mengingatkan bahwa kanker dapat dipicu oleh konsumsi makanan tertentu, terutama yang diolah dengan cara menghasilkan zat karsinogenik.

Menurutnya, kanker adalah penyakit yang terjadi akibat pertumbuhan sel abnormal yang tidak terkendali, dapat merusak jaringan sehat, dan berpotensi menyebar ke bagian tubuh lain.

“Banyak orang tidak menyadari bahwa makanan yang sering dikonsumsi dapat memicu proses tersebut,” kata Santi dalam keterangan yang diterima Kompas.com, Jumat (15/8/2025).

Baca juga: Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Ini Penjelasan dan Langkah Pencegahannya

Zat karsinogenik dari makanan

Beberapa metode pengolahan dan jenis makanan dapat menghasilkan senyawa karsinogenik yang memicu kerusakan DNA, di antaranya:

  • Akrilamida: Terbentuk saat makanan bertepung digoreng pada suhu tinggi dalam waktu lama.
  • Heterocyclic Amines (HCAs) dan Polycyclic Aromatic Hydrocarbons (PAHs): Muncul saat protein dipanaskan pada suhu tinggi atau terkena asap pembakaran, misalnya pada daging bakar.
  • N-nitroso Compounds (NCOs): Terbentuk dari nitrat dan nitrit pada daging awetan seperti sosis, ham, atau kornet.
  • Bahan tambahan pada makanan ultra proses: Seperti pengawet, emulsifier, pewarna buatan, BPA, danphthalates.
  • Asetaldehida dari alkohol:Senyawa beracun yang menghambat perbaikan sel dan memicu mutasi gen.

Baca juga: Mpok Alpa Meninggal Dunia karena Kanker, Sempat Tiga Tahun Sembunyikan Penyakitnya

Mekanisme risiko terbentuknya kanker

Kelebihan asupan gula tambahan dan karbohidrat olahan juga dapat meningkatkan risiko obesitas dan diabetes tipe 2, yang memicu peradangan kronis dan stres oksidatif, dua faktor yang berkontribusi pada pembentukan tumor.

“Faktor-faktor tersebut mendorong pertumbuhan sel yang tidak terkendali, sehingga memicu pembentukan kanker,” jelas Santi.

Tips menggoreng lebih aman

Santi menegaskan bahwa kebiasaan makan gorengan memang sulit dilepaskan banyak orang. 

“Makan gorengan tentu tidak sehat. Tips ini hanya untuk mengurangi dampak negatifnya, bukan menghilangkan risiko. Usaha terbaik adalah tidak mengonsumsi gorengan sama sekali. Kalau pun mau, jadikan sebagai makanan rekreasi sesekali, bukan makanan pokok sehari-hari," jelasnya.

Untuk mengurangi risiko kesehatan dari gorengan, Santi membagikan beberapa langkah yang dapat diterapkan, yakni:

  • Menggoreng sendiri untuk memastikan kualitas bahan dan minyak
  • Gunakan air fryer atau oven sebagai alternatif metode menggoreng
  • Potong bahan berukuran besar agar minyak tidak terlalu banyak terserap
  • Gunakan minyak baru atau maksimal tiga kali pemakaian, hindari minyak berwarna gelap dan berbau tengik
  • Kurangi jumlah minyak agar makanan tidak terendam penuh saat digoreng
  • Pastikan minyak panas sebelum memasukkan makanan, tetapi hindari memanaskan sampai berasap
  • Tiriskan makanan setelah digoreng dan letakkan di atas tisu dapur untuk mengurangi sisa minyak
  • Hindari tepung dan gula berlebih saat menggoreng karena dapat memicu pembentukan akrilamida

Pencegahan kanker lewat pola makan

Santi menekankan pentingnya menyeimbangkan porsi makan sesuai konsep Isi Piringku: 50 persen sayur dan buah, 25 persen karbohidrat, dan 25 persen protein.

Ia mengingatkan agar masyarakat mengurangi metode memasak yang memicu senyawa karsinogenik dan memperbanyak konsumsi makanan segar serta minim proses.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau