Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengapa Wanita Usia Menopause Rentan Osteoporosis

Kompas.com - 27/10/2025, 08:42 WIB
Lusia Kus Anna

Penulis

KOMPAS.com - Satu dari tiga perempuan berusia di atas 50 tahun diperkirakan akan mengalami patah tulang akibat osteoporosis, kondisi kerapuhan tulang yang kerap datang tanpa gejala hingga terjadi kerusakan serius. 

Bahkan, hampir 50 persen masyarakat Indonesia berisiko mengalami osteopenia, tahap awal penurunan kepadatan tulang. 

"Osteoporosis adalah kondisi kepadatan tulang yang menurun, sehingga tulang menjadi keropos, dan mudah patah. Di Indonesia angkanya cukup tinggi dan perempuan jumlahnya lebih banyak dibanding laki-laki," papar dokter spesialis ortopedi Aldico Sapardan, dalam acara media diskusi yang diadakan Bayer di Jakarta (23/10/2025).

Ia menjelaskan, risiko osteoporosis lebih tinggi pada perempuan karena terjadinya menopause.

Baca juga: Cara Bangun Kepadatan Tulang Sejak Muda Cegah Osteoporosis Saat Lansia

"Ketika menopause akan terjadi ketidakseimbangan hormonal sehingga menyebabkan gangguan penyerapan kalsium ke dalam tulang," ujar dr.Aldico.

Penurunan hormon estrogen yang signifikan setelah menopause juga dapat mempercepat kehilangan massa tulang pada wanita.

Pemeriksaan kepadatan tulang

Osteoporosis bukanlah takdir yang datang tiba-tiba. Memang penyakit ini sering disebut sebagai silent disease karena hampir tidak ada gejala.

"Yang sering terjadi, seseorang tidak ada keluhan apa-apa, tidak ada rasa enggak nyaman, tiba-tiba jatuh dan tulangnya patah," kata dr.Aldico.

Baca juga: Kenapa Kesehatan Tulang Harus Dijaga Sejak Anak-anak? Ini Kata Dokter

Meski tidak ada gejala, kita bisa melakukan pemeriksaan kepadatan tulang. Pemeriksaan yang bisa dilakukan antara lain dengan USG atau tes kepadatan tulang sederhana.

Praktisi kebugaran tubuh Ade Rai dalam acara diskusi media memeringati Hari Osteoporosis Sedunia di Jakarta (23/10/2025).KOMPAS.com/Lusia Kus Anna Praktisi kebugaran tubuh Ade Rai dalam acara diskusi media memeringati Hari Osteoporosis Sedunia di Jakarta (23/10/2025).

Menurut dr.Aldico, yang menjadi standar dalam dunia medis adalah pemeriksaan DXA (dual energy X-ray absorptiometry) yaitu pemeriksaan menggunakan sinar X-ray dosis rendah. Pemeriksaan ini dilakukan di rumah sakit.

"Pemeriksaan ini cukup akurat dan biasanya akan diperiksa kepadatan tulang di tiga tempat, yaitu di area pergelangan tangan, area lumbal atau tulang punggung bagian belakang, dan area panggul," katanya.

Baca juga: Kenali Efek Kehilangan Massa Otot di Usia 40-an

Hasil pemeriksaan akan menunjukkan kondisi kepadatan tulang. Yang normal dan sehat itu akan ada di bagian hijau, warna kuning untuk kondisi osteopenia atau satu fase sebelum osteoporosis, dan di bagian merah yang berarti sudah oseteoporosis.

Pentingnya kalsium dan olahraga ketahanan

Dengan gaya hidup sehat, asupan gizi seimbang, serta kebiasaan aktif bergerak, kepadatan tulang dapat dijaga sejak dini hingga usia lanjut, sehingga risiko patah tulang di masa tua bisa diminimalkan.

“Selfcare untuk pencegahan osteoporosis harus dimulai sejak dini seperti beraktivitas dan latihan fisik secara rutin dan teratur, diet seimbang kaya akan kandungan kalsium. Jika diperlukan bisa mengonsumsi suplemen kalsium dan vitamin D," kata dr.Aldico.

Baca juga: Deteksi Dini Osteoporosis dengan Pemeriksaan Kepadatan Tulang

Selain menjaga asupan makan, lakukan gaya hidup sehat yang berdampak langsung pada tulang, yaitu berhenti merokok, membatasi kafein, serta rutin berolahraga.

Praktisi kebugaran Ade Rai mengatakan, gaya hidup harus diubah sejak muda agar kita bisa tetap sehat sampai lanjut usia.

"Latihannya jangan cuma kardio, tapi juga ketahanan. Kalau untuk kepadatan tulang dan kekuatan otot, lakukan latihan ketahanan," ujar Ade Rai di acara yang sama.

Ia juga mengingatkan agar masyarakat, terutama yang lebih banyak duduk, untuk meningkatkan durasi bergerak aktif.

"Tubuh manusia didesain untuk selalu bergerak. Jangan cuma 30 menit sehari, tapi terus lakukan di sela kegiatan. Misalnya lakukan latihan olahraga 5 menit setelah waktu shalat. Jadi gaya hidupnya harus aktif," paparnya.

Baca juga: Latihan Kekuatan: Cara Cerdas Turunkan Risiko Diabetes Tipe 2

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau