Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembakaran Sisa Tanaman Rusak Keanekaragaman Hayati Mikroba

Kompas.com - 23/08/2025, 21:14 WIB
Monika Novena,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah studi baru menemukan pembakaran sisa tanaman tidak hanya mengakibatkan polusi udara tetapi juga memiliki konsekuensi serius bagi keanekaragaman hayati agroekologis, yang menyebabkan munculnya wabah hama di lahan pertanian.

Studi yang diterbitkan dalam jurnal Science of the Total Environment juga melaporkan bahwa pembakaran sisa tanaman dapat mengurangi nutrisi tanah, sehingga merusak produktivitas jangka panjang.

Studi mencatat pula bahwa polusi udara yang dilepaskan selama proses tersebut mengganggu fungsi ekologis artropoda dan burung.

Temuan ini didasarkan pada tinjauan sistematis kualitatif terhadap 250 studi yang telah melalui peninjauan sejawat (peer-review).

Studi-studi tersebut berfokus pada dampak langsung dari pembakaran sisa tanaman, efeknya terhadap polusi udara, serta konsekuensinya bagi artropoda dan burung.

Jurnal-jurnal yang ditinjau mencakup studi dari Asia, Amerika Utara dan Selatan, serta Afrika, meliputi negara-negara seperti Brazil, Cina, India, Meksiko, dan Pakistan.

Baca juga: Pertamina Lestarikan Hutan di Besakih Bali dengan Tanaman Energi

Melansir Down to Earth, Jumat (22/8/2025) Artropoda, yang menjadi bagian dominan dari ekosistem pertanian, menyediakan layanan ekosistem yang krusial, seperti daur ulang nutrisi, pengendalian hama, dan aerasi tanah.

Akan tetapi, studi menemukan bahwa pembakaran sisa tanaman secara langsung memusnahkan populasi artropoda dengan membunuh mereka. Hal ini juga mengakibatkan hilangnya habitat dan mengubah kondisi iklim mikro karena kenaikan suhu yang tiba-tiba.

Sebagai contoh, predator alami seperti laba-laba (Hippasa greenalliae), kumbang koksi, kaki seribu, tungau predator, kumbang, dan katak menurun selama proses pembakaran. Hal ini mengurangi keanekaragaman dan kekayaan spesies di perkebunan.

Selain itu, dekomposer lain, seperti kutu babi, semut api merah, mesofauna air, lipan, dan cacing tanah, juga mengalami penurunan, yang berdampak pada keanekaragaman hayati tanah.

"Organisme-organisme ini memainkan peran krusial dalam menjaga struktur tanah, mengendalikan hama, dan meningkatkan siklus nutrisi," catat para peneliti.

Penurunan jumlah mereka meningkatkan penyebaran hama dan parasit seperti nematoda, tikus, dan organisme lain.

Hal ini mengganggu mekanisme pengendalian hama alami, membuat tanaman lebih rentan terhadap serangan hama dan mendorong ketergantungan yang lebih besar pada pertanian intensif bahan kimia.

Para peneliti mencatat bahwa pembakaran sisa tanaman juga menaikkan suhu tanah hingga antara 33,8 derajat C hingga 42,2 derajat C.

Hal ini menyebabkan hilangnya nitrogen, menurunnya bahan organik tanah, dan berkurangnya populasi mikroba hingga kedalaman 2,5 sentimeter.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau