Jakarta, Kompas.com - Menteri Lingkungan Hidup (LH) /Kepala Pengendalian Lingkungan Hidup, Hanif Faisol Nurofiq menganggap, sumber utama polusi udara di Jakarta berasal dari kendaraan berbahan bakar minyak (BBM).
Menurut Hanif, sebesar 90 persen BBM di Indonesia mengandung sulfur di atas 1.500 parts per million (ppm) atau jauh di atas standar kualitas emisi kendaraan di Eropa yang hanya mengizinkan maksimal 50 ppm.
Ia pesimis kualitas udara di Jakarta bisa membaik. Apalagi, perbaikan kualitas udara di Jakarta membutuhkan upaya yang hampir mustahil untuk dilaksanakan, mengingat berkaitan dengan penggunaan BBM.
"Udara yang tidak sehat di Jakarta, sudahlah, kita renungkan saja. Melaksanakannya hampir-hampir tidak mungkin kita memperbaiki kualitas udara sehat di Jakarta, kecuali kita mampu berkeringat, kita siap berkeringat untuk itu," ujar Hanif di Jakarta, Kamis (28/8/2025).
Baca juga: Menteri LH Keluhkan Minimnya SDM untuk Awasi Dampak Lingkungan, Cuma 1.100 se-Indonesia
Hanya segelintir jenis BBM di Inddonesia yang mengandung sulfur di bawah 1.000 ppm. Di antaranya, Pertamax Turbo, Pertamina Dex, serta RON 95, yang tersedia secara terbatas di stasiun pengisian bahan bakar (SPBU).
Ia mengkritik kualitas BBM di Indonesia yang sebagian besar memiliki kandungan sulfur tinggi. Padahal, kontribusi polusi udara dari BBM mencapai 32 persen sampai 57 persen terhadap buruknya kualitas udara di Jakarta.
"(Itu) tergantung dari kegiatan massanya. Ini kita sudah berkali-kali menuntut keberanian kita untuk kemudian mengubah BBM yang tinggi sulfur, menjadi BBM yang rendah sulfur. Yang tentu saja ada subsidi yang sangat besar," tutur Hanif.
Ia menilai, banyaknya subsidi yang digelontorkan untuk BBM dengan kandungan sulfur tinggi juga menghambat transisi menuju energi terbarukan.
"Tapi sebenarnya, kalau kita mau serius jujur, nanti juga berimplikasi pada energi terbarukan kita. Kenapa energi terbarukan itu enggak jalan-jalan. Karena banyaknya subsidi yang kami berikan untuk BBM yang kemudian tidak ramah lingkungan. Padahal, uang itu bisa kita gunakan untuk membangun energi terbarukan," ucapnya.
Di sisi lain, polusi udara di Jakarta juga disebabkan kegiatan industri di Jabodetabek. Berdasarkan data dari Kementerian Lingkungan Hidup, terdapat 6.800 cerobong asap yang resmi terdata. Dari 114 kawasan industri di Jabodetabek, sebanyak 48 di antaranya ditertibkan terkait kelayakan cerobong asap dalam memproses pembakaran ke udara.
"(Ini) belum yang tidak resmi yang didirikan kami tutup di Cikarang. Artinya, tidak mudah kami menyelesaikannya, tetapi kami wajib mencobanya," ujar Hanif.
Baca juga: Menteri LH: Banyak Produsen AMDK Pakai Air Tanah, Konservasi Cuma Mantra
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya