JAKARTA, KOMPAS.com - Selama satu dekade terakhir, perusahaan pengelola sampah berbasis teknologi dan ekonomi sirkular, Waste4Change, berhasil mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sebesar 28,8 juta kilogram CO2 ekuivalen.
Founder sekaligus CEO Waste4Change, Mohammad Bijaksana Junerosano, menjelaskan, sepanjang periode 2014-2024 perusahaannya menghasilkan emisi GRK sebesar 35,4 juta kilogram CO2 ekuivalen. Namun, upaya mencegah sampah masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA) maupun pembakaran terbuka mampu menghemat 64,2 juta kilogram CO2 ekuivalen.
"Jadi, kami kelola secara bertanggung jawab, pada akhirnya kami mengurangi atau menghindari emisi GRK sebanyak 28,8 juta kg CO2 ekuivalen," ujar Junerosano dalam webinar, Kamis (18/9/2025).
Baca juga: Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Menurut dia, sampah yang menumpuk di TPA akibat pengelolaan buruk menjadi salah satu penyumbang besar emisi metana (CH4) yang kerap diabaikan di Indonesia. Padahal, Indonesia menghasilkan 651,6 juta ton emisi CO2 pada 2022, dan Badan Energi Internasional (IEA) memprediksi angka tersebut meningkat 99 persen tiap tahun, termasuk dari sektor sampah.
"Dengan mengalihkan sampah dari TPA melalui berbagai upaya dari hulu ke hilir, dengan menerapkan praktik ekonomi sirkular, upaya kami bertujuan untuk mendorong sistem berkelanjutan di mana sampah diubah menjadi sumber daya, yang memperkuat komitmen kami terhadap aksi iklim," tutur Junerosano.
Selain menekan emisi, pengelolaan sampah berbasis ekonomi sirkular juga membuka peluang kerja baru. Waste4Change telah menciptakan lebih dari 50 posisi baru dan bekerja sama dengan ratusan penerima manfaat.
"53 persen dari tim kami adalah wanita. Kami (juga) bekerja dengan 470 penerima manfaat yang dilatih untuk berbasis proyek, 229 pekerja operator garis depan, dan 368 lulusan baru yang direkrut untuk program magang," ucapnya.
Baca juga: Menteri LH: Stop Slogan Sampah Berkah, Itu Masalah Besar yang Harus Diselesaikan
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya