Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadwal Olimpiade Terancam Dirombak akibat Perubahan Iklim

Kompas.com - 26/09/2025, 18:00 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebastian Coe, Presiden World Athletics menyebut bahwa tempat-tempat Olimpiade tidak terhindar dari dampak pemanasan global.

Kondisi terburuk bakal dialami oleh atlet yang terlibat dalam olahraga ketahanan (endurance), di mana mereka harus berkompetisi dalam panas ekstrem dan kelembapan tinggi.

Kondisi yang terus-menerus seperti itu mungkin memaksa jadwal Olimpiade untuk ditata ulang atau diubah.

Melansir Down to Earth, Kamis (25/9/2025) sebelumnya Coe juga mencatat bahwa banyak peserta dalam Kejuaraan Atletik Dunia yang baru-baru ini diadakan di Tokyo terpaksa bersaing dalam kondisi yang tidak sehat, dengan suhu melebihi 30 derajat C dan kelembapan 90 persen.

"Saya melihat ini tidak dapat dihindari. Kita harus melakukan penataan ulang total terhadap jadwal kompetisi," kata Coe.

Baca juga: Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI

Laporan tahun 2023 yang diterbitkan oleh World Athletics juga menunjukkan 75 persen atlet merasakan ancaman dari perubahan iklim dan persentasenya meningkat seiring berjalannya waktu.

Pada survei sebelumnya di tahun 2022, sebesar 72 persen atlet menyatakan bahwa perubahan iklim berdampak buruk pada olahraga, dan 66 persen melaporkan merasakan dampak langsung.

Coe menyarankan agar ajang seperti maraton mungkin perlu dijadwalkan ulang pada waktu yang berbeda dalam setahun baik selama Olimpiade maupun kejuaraan lainnya guna memastikan para atlet tidak menghadapi kondisi yang membahayakan di masa depan.

Namun ia juga mengakui bahwa mencari periode waktu yang nyaman untuk setiap ajang mungkin akan menjadi tantangan. Hal ini disebabkan karena bahkan bulan-bulan musim gugur dan awal musim dingin pun menjadi panas di banyak kota.

Kendati demikian tantangan ini harus diatasi untuk memastikan bahwa integritas olahraga dan keselamatan atlet tidak dikompromikan.

Baca juga: Krisis Iklim Picu Kenaikan Risiko Penularan Virus Mematikan dari Kelelawar

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau