KOMPAS.com - Sebastian Coe, Presiden World Athletics menyebut bahwa tempat-tempat Olimpiade tidak terhindar dari dampak pemanasan global.
Kondisi terburuk bakal dialami oleh atlet yang terlibat dalam olahraga ketahanan (endurance), di mana mereka harus berkompetisi dalam panas ekstrem dan kelembapan tinggi.
Kondisi yang terus-menerus seperti itu mungkin memaksa jadwal Olimpiade untuk ditata ulang atau diubah.
Melansir Down to Earth, Kamis (25/9/2025) sebelumnya Coe juga mencatat bahwa banyak peserta dalam Kejuaraan Atletik Dunia yang baru-baru ini diadakan di Tokyo terpaksa bersaing dalam kondisi yang tidak sehat, dengan suhu melebihi 30 derajat C dan kelembapan 90 persen.
"Saya melihat ini tidak dapat dihindari. Kita harus melakukan penataan ulang total terhadap jadwal kompetisi," kata Coe.
Baca juga: Terobosan Formula E, Olahraga Pertama dengan Sertifikasi Net Zero BSI
Laporan tahun 2023 yang diterbitkan oleh World Athletics juga menunjukkan 75 persen atlet merasakan ancaman dari perubahan iklim dan persentasenya meningkat seiring berjalannya waktu.
Pada survei sebelumnya di tahun 2022, sebesar 72 persen atlet menyatakan bahwa perubahan iklim berdampak buruk pada olahraga, dan 66 persen melaporkan merasakan dampak langsung.
Coe menyarankan agar ajang seperti maraton mungkin perlu dijadwalkan ulang pada waktu yang berbeda dalam setahun baik selama Olimpiade maupun kejuaraan lainnya guna memastikan para atlet tidak menghadapi kondisi yang membahayakan di masa depan.
Namun ia juga mengakui bahwa mencari periode waktu yang nyaman untuk setiap ajang mungkin akan menjadi tantangan. Hal ini disebabkan karena bahkan bulan-bulan musim gugur dan awal musim dingin pun menjadi panas di banyak kota.
Kendati demikian tantangan ini harus diatasi untuk memastikan bahwa integritas olahraga dan keselamatan atlet tidak dikompromikan.
Baca juga: Krisis Iklim Picu Kenaikan Risiko Penularan Virus Mematikan dari Kelelawar
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya