Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KLH: Bungkus Mie hingga Permen Bebani Lingkungan, Produsen Harus Ikut Cari Solusi

Kompas.com - 26/09/2025, 14:17 WIB
Manda Firmansyah,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sampah plastik bernilai rendah atau kerap kali disebut residu menjadi tantangan berat bagi lingkungan dan pengolahan.

Kemasan multilayer seperti bungkus permen, kopi, hingga mi instan masih sulit didaur ulang. Begitu pula kemasan sabun yang mengandung aluminium foil.

Sulitnya jenis sampah tersebut didaurulang membuat offtaker atau pembeli sampah yang akan menyetorkan ke pihak pendaurulang enggan membeli dengan harga kompetitif.

Misalnya, kantong plastik (kresek) yang harganya 1 kg sekitar Rp 250 sampai Rp 500. Padahal, 1 kg kresek setara mengumpulkan 100 lembar plasik.

"Sama juga kayak bungkus mie instan. Harganya sangat murah, Rp 500 per 1 kg atau setara 500 lembar plastik," kata Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular KLH, Agus Rusly. 

“Plastik-plastik yang bernilai rendah itu tetap menjadi beban sampah di lingkungan,” tegas Agus dalam webinar pada Jumat (26/9/2025).

Untuk itu, KLH mendorong produsen mendesain ulang kemasannya agar bisa didaur ulang, atau mengambil kembali sisa produk yang beredar.

Baca juga: Atasi Sampah, BRI Peduli Latih Masyarakat di Bali Perkuat Mutu Produk Pupuk Kompos

Pergeseran

Meski secara umum sulit didaurulang, beberapa jenis sampah plastik yang tadinya termasuk residu kini mulai diminati. Misalnya, popok sekali pakai.

“Jadi, popok itu tadinya kita kategorikan sebagai residu. Mohon maaf, seperti pembalut wanita gitu ya, itu masuknya residu sebenarnya. Tapi beberapa bulan terakhir ini, saya ketemu sama beberapa perusahaan yang justru memanfaatkan popok, pembalut, dan sebagainya misalnya, termasuk popok dewasa, orang-orang tua banyak pakai popok biar tidak bolak-balik ke kamar mandi. Itu ternyata dicari dan bukan masuk kategori sampah residu,” ujar Direktur Pengurangan Sampah dan Pengembangan Ekonomi Sirkular KLH, Agus Rusly dalam webinar, Jumat (26/9/2025).

Hal serupa juga terjadi pada styrofoam (polistiren). Dulu dianggap sulit diolah, kini mulai diminati sejumlah pihak.

Ke depan, Agus berharap Indonesia kan membentuk Tanggung Jawab Produsen yang Diperluas (EPR). Jadi, semua produsen tanpa kecuali harus bertanggung jawab mengambil kembali sisa kemasannya pasca dikonsumsi oleh masyarakat.

Indonesia, kata dia, perlu ekomodulasi atau mekanisme kebijakan EPR yang memerintahkan produsen dengan produk yang sulit didaur ulang untuk membayar lebih mahal. Untuk plastik bernilai rendah, kata dia akan tetap menjadi beban sampah di lingkungan.

Oleh karena itu, KLH menghentikan impor sampah plastik. Selain itu, KLH juga mendorong pelaku usaha mengambil plastik yang ada di tempat pembuangan akhir (TPA) di dalam negeri.

Baca juga: Banjir Bali, Menteri LH Beri 3 Bulan bagi Hotel Berbintang untuk Benahi Manajemen Sampah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
PLTN Pulau Gelasa dan Ujian Tata Kelola Risiko
Pemerintah
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Gunung Ditutup karena Sampah: Cermin Buram Wisata Alam Kita
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau