KOMPAS.com – Indonesia menghadapi situasi darurat sampah yang kian mengkhawatirkan. Volume sampah yang terus melonjak hampir di seluruh daerah menimbulkan dua masalah utama, yaitu keterbatasan lahan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) dan potensi dampak buruk terhadap kesehatan masyarakat.
Menanggapi krisis ini, inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi atau Waste to Energy (WtE) dinilai sebagai solusi yang tepat dan mendesak untuk segera diimplementasikan.
Program ini sebenarnya telah diinisiasi sejak pemerintahan sebelumnya, namun implementasinya terbentur masalah utama: pembiayaan yang besar.
“Bila terus dibangun tempat pembuangan akhir (TPA) maka jadi perhatian adalah apakah daerah masih punya banyak lahan? Kemudian lagi munculnya masalah kesehatan ke masyarakat sebab keberadaan TPA,” ungkap Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR), Fabby Tumiwa (23/9/2025).
Oleh sebab itu inovasi pengolahan sampah menjadi sumber energi (waste to energy) dianggap sudah baik dan tepat agar segera dilaksanakan, kata Fabby. Apalagi, lanjutnya, program ini telah diinisiasi sejak pemerintahan sebelumnya.
Dia menjelaskan bahwa biaya besar ini mencakup seluruh rantai pasok, mulai dari pengolahan sampah di hulu hingga penyerapan energi yang dihasilkan di hilir.
“Dalam waste to energy sebab perlu dipikirkan sisi dari mulai pengolahan sampah tersebut hingga jadi energi lalu siapa yang berminat untuk membelinya, mengambilnya. Dari hulu ke hilir inilah yang memerlukan biaya besar,” jelas Fabby.
Untuk mengatasi kendala pembiayaan ini, langkah strategis pemerintah dengan menggerakkan Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (BPI Danantara) untuk menstimulus pendanaan proyek WtE diapresiasi sebagai solusi yang sangat baik.
Fabby Tumiwa menilai, keterlibatan Danantara dapat membuat pengawasan dan pelaksanaan program WtE menjadi lebih sistematis dan akuntabel. Dia optimistis prospek penerapan pengolahan sampah menjadi sumber energi di berbagai kota di Indonesia sangat potensial dan siap dilaksanakan.
“Sedangkan prospek penerapan pengolahan sampah jadi sumber energi di kota-kota di Indonesia rasanya cukup potensial dan siap melaksanakannya,” tegas Fabby.
Sebelumnya, BPI Danantara disebut berperan dalam pembiayaan proyek waste to energy.
Dengan fungsi koordinatif ini, praktisi pengelolaan sampah, Bijaksana Junerosano menilai Danantara dapat menyatukan pemerintah pusat, daerah, dan sektor swasta agar pelaksanaan program berjalan sistematis, transparan, dan berkelanjutan.
Baca juga: Banjir Bali, Menteri LH Beri 3 Bulan bagi Hotel Berbintang untuk Benahi Manajemen Sampah
Peran tersebut penting untuk memastikan proyek waste to energy tidak terhambat oleh kendala pembiayaan, pasokan sampah, maupun risiko pencemaran.
Jika koordinasi ini konsisten, program diyakini bisa membantu Indonesia mengatasi krisis sampah sekaligus mendukung transisi energi menuju Net Zero Emission 2060.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya