KOMPAS.com - Sebuah laporan terbaru menyatakan bahwa sebagian besar emisi metana di industri fesyen berasal dari sapi, domba, dan kambing.
Organisasi nirlaba Collective Fashion Justice mendapati bahwa meskipun hanya menyumbang 3.8 persen dari seluruh material fesyen, produk kulit, wol, dan cashmere menyumbang 75 persen dari polutan super yang dihasilkan industri tersebut.
Melansir Trellis, Kamis (18/9/2025) selama ini, jejak metana fesyen jarang disorot karena program net-zero kebanyakan fokus pada karbon dioksida.
Namun, laporan "Now or never: A first methane footprint for the fashion industry" memperingatkan jika industri tidak berhasil mengurangi emisi metana minimal 30 persen, dalam dua dekade, emisi metana industri akan setara dengan total emisi yang dikeluarkan oleh negara Prancis.
Baca juga: Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen
Meskipun metana telah menyebabkan 30 persen dari total kenaikan suhu planet ini, pemangkasan sekarang dapat menghasilkan pengurangan yang lebih cepat dalam jangka pendek.
Sementara itu laporan Textile Exchange’s 2025 Materials Market yang dirilis pada 18 September mengatakan seiring merek-merek fesyen memproduksi lebih banyak pakaian, dan dengan kecepatan yang lebih tinggi, selama setengah dekade terakhir, emisi gas rumah kaca industri ini yang berasal dari bahan baku bisa melonjak sebesar 20 persen.
Oleh karena itu, Collective Fashion Justice mendesak perusahaan fesyen agar lebih memilih sumber yang didaur ulang ketimbang bahan baku hewani yang baru.
"Jika kita meninjau banyak faktor lingkungan, wol daur ulang, materi berbasis tumbuhan, dan bahan-bahan lain yang bukan berasal dari hewan atau fosil umumnya memberikan performa yang jauh unggul secara keseluruhan," kata Emma Håkansson, direktur dan pendiri kelompok tersebut.
Baca juga: Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian
Laporan tersebut juga menyerukan kepada industri untuk mendukung para inovator mengembangkan serat "generasi berikutnya" yang berbasis pada tumbuhan, jamur, dan limbah.
Sayangnya, saat ini serat-serat tersebut sebagian besar belum tersedia dalam skala besar. Kurang dari 1 persen dari seluruh serat berasal dari daur ulang tekstil-ke-tekstil.
Joël Mertens, dari Cascale yang merupakan lembaga nirlaba yang berbasis di Oakland, California menambahkan industri fesyen bukan menghasilkan emisi dari bahan baku hewani termasuk wol domba, kasmir, dan kulit .
Sebagai perbandingan, dampak yang berkaitan dengan manufaktur garmen adalah juga menghasilkan emisi sebesar 8 persen, dan pewarnaan serta penyelesaian tekstil sebesar 55 persen.
Baca juga: Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya