Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kulit, Cashmere, dan Wol Penyumbang Metana Terbesar Industri Fashion

Kompas.com - 29/09/2025, 19:25 WIB
Monika Novena,
Yunanto Wiji Utomo

Tim Redaksi

Sumber trellis

KOMPAS.com - Sebuah laporan terbaru menyatakan bahwa sebagian besar emisi metana di industri fesyen berasal dari sapi, domba, dan kambing.

Organisasi nirlaba Collective Fashion Justice mendapati bahwa meskipun hanya menyumbang 3.8 persen dari seluruh material fesyen, produk kulit, wol, dan cashmere menyumbang 75 persen dari polutan super yang dihasilkan industri tersebut.

Melansir Trellis, Kamis (18/9/2025) selama ini, jejak metana fesyen jarang disorot karena program net-zero kebanyakan fokus pada karbon dioksida.

Namun, laporan "Now or never: A first methane footprint for the fashion industry" memperingatkan jika industri tidak berhasil mengurangi emisi metana minimal 30 persen, dalam dua dekade, emisi metana industri akan setara dengan total emisi yang dikeluarkan oleh negara Prancis.

Baca juga: Riset: Serat Plastik Dongkrak Emisi Industri Fashion 7,5 Persen

Meskipun metana telah menyebabkan 30 persen dari total kenaikan suhu planet ini, pemangkasan sekarang dapat menghasilkan pengurangan yang lebih cepat dalam jangka pendek.

Sementara itu laporan Textile Exchange’s 2025 Materials Market yang dirilis pada 18 September mengatakan seiring merek-merek fesyen memproduksi lebih banyak pakaian, dan dengan kecepatan yang lebih tinggi, selama setengah dekade terakhir, emisi gas rumah kaca industri ini yang berasal dari bahan baku bisa melonjak sebesar 20 persen.

Oleh karena itu, Collective Fashion Justice mendesak perusahaan fesyen agar lebih memilih sumber yang didaur ulang ketimbang bahan baku hewani yang baru.

"Jika kita meninjau banyak faktor lingkungan, wol daur ulang, materi berbasis tumbuhan, dan bahan-bahan lain yang bukan berasal dari hewan atau fosil umumnya memberikan performa yang jauh unggul secara keseluruhan," kata Emma Håkansson, direktur dan pendiri kelompok tersebut.

Baca juga: Kurangi Sampah “Fast Fashion” lewat Gerakan Barter Pakaian

Laporan tersebut juga menyerukan kepada industri untuk mendukung para inovator mengembangkan serat "generasi berikutnya" yang berbasis pada tumbuhan, jamur, dan limbah.

Sayangnya, saat ini serat-serat tersebut sebagian besar belum tersedia dalam skala besar. Kurang dari 1 persen dari seluruh serat berasal dari daur ulang tekstil-ke-tekstil.

Joël Mertens, dari Cascale yang merupakan lembaga nirlaba yang berbasis di Oakland, California menambahkan industri fesyen bukan menghasilkan emisi dari bahan baku hewani termasuk wol domba, kasmir, dan kulit .

Sebagai perbandingan, dampak yang berkaitan dengan manufaktur garmen adalah juga menghasilkan emisi sebesar 8 persen, dan pewarnaan serta penyelesaian tekstil sebesar 55 persen.

Baca juga: Metana Jadi Berkah, Kisah Suami Istri Balikpapan Hidup dari Sampah

Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Terkini Lainnya
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Incar Ekonomi Tumbuh 8 Persen, RI Perlu Andalkan Peternakan dan Perikanan
Pemerintah
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Perubahan Iklim Bisa Ganggu Kualitas Tidur, Kok Bisa?
Pemerintah
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Koalisi Manajer Aset Net Zero Kembali, Tapi Tanpa Komitmen Iklim 2050
Pemerintah
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
7.500 Peserta Ikuti PLN Electric Run 2025, Ajang Lari Nol Emisi Pertama di Indonesia
BUMN
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
Jangkar Kapal Merusak Terumbu Karang di TN Komodo, Potret Gagalnya Tata Kelola Pariwisata
LSM/Figur
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Studi Ungkap Emisi Penerbangan Nyata Bisa Tiga Kali Lipat Lebih Tinggi dari Kalkulator Karbon
Pemerintah
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
Sektor Pertanian Harus Tumbuh 4,7 Persen Per Tahun Jika Pertumbuhan PDB RI Ingin Capai 8 Persen
LSM/Figur
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di 'Smelter' Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Kemenaker: 104 Kecelakaan Kerja Terjadi di "Smelter" Nikel, SOP hingga K3 Masih Diabaikan
Pemerintah
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Emisi Tak Terlihat dari Colokan Listrik
Pemerintah
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
Pertamina dan KLHK Tanam Ratusan Pohon Produktif di Hulu DAS di Bogor
BUMN
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
Tropenbos Indonesia: Restorasi Gambut Swakelola di Tingkat Tapak Butuh Pendampingan
LSM/Figur
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
KLH Targetkan Dekontaminasi Cikande Selesai Akhir November
Pemerintah
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Puncak Musim Hujan, BMKG Gelar Operasi Modifikasi Cuaca untuk Cegah Banjir
Pemerintah
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Menteri LH: Cengkih Terpapar Radioaktif Asal Lampung Tertangani
Pemerintah
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Menyelamatkan Lahan Kritis Indonesia dari Desa: Pelajaran Ekologi dari Perlang
Pemerintah
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau