KOMPAS.com - Penilaian global terbaru menunjukkan bahwa populasi lebih dari separuh (61 persen) spesies burung di dunia sedang menyusut. Pembalakan hutan disebut sebagai penyebab utama penurunan tajam populasi burung di berbagai belahan Bumi.
Spesies burung mulai dari asity Schlegel di Madagaskar hingga northern nightingale-wren di Amerika Tengah telah kehilangan tempat tinggal karena perluasan lahan pertanian dan pembangunan yang dilakukan manusia.
Hanya dalam waktu sembilan tahun, persentase spesies burung yang populasinya menurun telah melonjak dari 44 persen menjadi 61 persen. Angka 44 persen tersebut dicatat dalam Daftar Merah spesies terancam punah milik IUCN.
“Penemuan bahwa tiga dari setiap lima spesies burung di dunia mengalami penurunan populasi adalah cerminan seberapa parah krisis keanekaragaman hayati saat ini. Hal ini menegaskan betapa mendesaknya bagi setiap pemerintah untuk segera melaksanakan semua langkah yang telah mereka sepakati dalam berbagai konvensi dan perjanjian internasional,” ungkap Dr Ian Burfield, koordinator sains global BirdLife dan salah satu pengawas penilaian ini.
Para ilmuwan pun menyerukan agar pemerintah segera mewujudkan komitmen untuk perlindungan alam yang lebih efektif.
Melansir Guardian, Jumat (10/10/2025), burung memiliki fungsi ekologis yang vital, yaitu membantu penyerbukan, menyebarkan benih, dan mengontrol populasi hama.
Baca juga: Perdagangan Puluhan Burung Junai Emas Dibongkar, Pelaku Terancam 15 Tahun Penjara
Sebagai contoh, burung rangkong yang tersebar di kawasan tropis mampu menyebarkan hingga 12.700 benih berukuran besar setiap harinya dalam area satu kilometer persegi.
"Nasib pohon dan burung adalah dua hal yang tidak terpisahkan. Pohon memerlukan burung untuk membantu proses regenerasi, sementara burung bergantung sepenuhnya pada keberadaan pohon demi kelangsungan hidup mereka," terang Dr Malin Rivers dari Botanic Gardens Conservation International.
Nasib serupa juga dialami anjing laut Arktik, yang menurut para ilmuwan semakin terancam punah akibat pemanasan global. Populasi anjing laut berjanggut dan harpa telah menyusut drastis akibat hilangnya es laut.
Menipisnya es laut mempersulit anjing laut Arktik untuk menemukan tempat yang aman untuk beristirahat dan berkembang biak. Anjing laut ini adalah mangsa utama bagi beruang kutub, sehingga para peneliti khawatir hilangnya anjing laut juga akan memberikan dampak buruk bagi beruang kutub.
“Berkurangnya es laut di Svalbard setiap tahun menjadi bukti nyata betapa parahnya ancaman terhadap anjing laut Arktik, karena habitat mereka untuk makan, beristirahat, dan berkembang biak semakin berkurang," kata Dr Kit Kovacs dari Norwegian Polar Institute.
"Kondisi ini adalah pengingat bahwa perubahan iklim bukanlah isu masa depan, melainkan masalah yang sudah terjadi selama puluhan tahun dan dampaknya kita rasakan saat ini juga," tambahnya.
Baca juga: Panas Ekstrem Membunuh Burung Tropis, Bikin Populasinya Anjlok
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya