KOMPAS.com -International Union for Conservation of Nature (IUCN) mengambil keputusan bersejarah pada 16 Oktober dengan mengadopsi Mosi 042.
Keputusan ini menjadikan IUCN sebagai organisasi multilateral pertama yang secara terang-terangan mengakui bahwa aktivitas produksi bahan bakar fosil adalah ancaman langsung terhadap lingkungan alam.
Mosi yang disetujui dalam Kongres Konservasi Dunia IUCN ini mendesak pemerintah dan masyarakat sipil untuk mengatasi akar masalah dari krisis iklim dan keanekaragaman hayati yang saling berkaitan melalui langkah-langkah sisi pasokan.
Langkah sisi pasokan (supply-side measures) adalah tindakan yang bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan cara membatasi atau mengendalikan produksi dan ketersediaan ba
Melansir Down to Earth, Kamis (16/10/2025), mosi 042 mendesak pemerintah di seluruh dunia untuk menghentikan penggunaan batu bara, minyak, dan gas secara bertahap.
Baca juga: Laporan IEA: Lebih 100 Negara Kurangi Impor Bahan Bakar Fosil
Selain itu juga mendesak untuk menghentikan semua proyek ekstraksi bahan bakar yang baru serta memastikan adanya transisi yang adil bagi para pekerja dan komunitas yang terdampak.
Mosi juga mendorong agar dilakukan penjajakan instrumen internasional baru, termasuk kemungkinan Traktat Non-Proliferasi Bahan Bakar Fosil, untuk mengisi apa yang oleh IUCN digambarkan sebagai 'lubang krusial dalam tata kelola global' mengenai pasokan bahan bakar fosil.
"Ini adalah momen yang sangat bersejarah bagi upaya konservasi di seluruh dunia," ungkap Ralph Regenvanu, yang menjabat sebagai Menteri Adaptasi Perubahan Iklim, Energi, Lingkungan, Meteorologi, Bahaya Geologi dan Penanggulangan Bencana di Vanuatu.
"IUCN akhirnya mengakui fakta yang telah ditegaskan ilmu pengetahuan selama puluhan tahun. Kita mustahil menjaga kelestarian alam sambil terus mengembangkan bahan bakar fosil," katanya.
Mosi ini diinisiasi oleh World Wide Fund for Nature (WWF) dan didukung oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil dan komunitas Adat, seperti BirdLife International, COICA, dan NRDC.
Dengan disahkannya mosi ini, IUCN menegaskan kembali mandat konservasinya melalui dua fokus utama yakni memastikan perlindungan ekosistem di lokasi sumber ekstraksi dan menentang pengembangan baru bahan bakar fosil.
"Ini adalah titik balik bagi gerakan konservasi global. Dengan menjadikan isu bahan bakar fosil sebagai akar penyebab hilangnya keanekaragaman hayati, para anggota IUCN telah berhasil menyatukan agenda iklim dan agenda alam," kata Fernanda Carvalho, Kepala Kebijakan untuk Iklim dan Energi di WWF International.
"Kita hanya bisa menyelesaikan krisis-krisis ini melalui strategi yang inovatif, terpadu, dan berani, seperti mengimplementasikan Traktat Non-Proliferasi Bahan Bakar Fosil," tambahnya.
Harjeet Singh, penasihat strategis bagi Inisiatif Traktat Non-Proliferasi Bahan Bakar Fosil, berpendapat bahwa posisi yang diambil oleh IUCN ini membuka mata terhadap adanya celah besar yang selama ini diabaikan dalam sistem tata kelola iklim global.
Baca juga: Desakan Mantan Pemimpin Dunia: Pajak Bahan Bakar Fosil Harus Naik Permanen
"Tidak ada rencana global yang ada saat ini untuk menghentikan batu bara, minyak, dan gas secara bertahap dan itulah mengapa kita membutuhkan Traktat Bahan Bakar Fosil (Fossil Fuel Treaty). Keputusan ini menambah momentum nyata pada tuntutan global untuk keadilan iklim menjelang COP30',” kata Harjeet Singh.
Suara masyarakat adat juga menyambut hasil tersebut sebagai pengakuan yang sudah lama tertunda atas kehancuran yang disebabkan oleh ekstraksi bahan bakar fosil.
"Bagi Masyarakat Adat, keputusan ini merupakan pengakuan atas kenyataan yang kami alami langsung, yakni mustahil melindungi alam jika ekspansi bahan bakar fosil terus dilakukan," papar Fany Kuiru Castro, koordinator umum COICA.
"Ekstraksi minyak dan gas telah merusak wilayah kami dan melanggar hak-hak kami turun-temurun. Tidak akan ada konservasi yang berhasil tanpa menegakkan hak Adat, dan tidak ada keadilan iklim tanpa penghentian total dan adil terhadap bahan bakar fosil," ungkapnya lagi.
Mari berkontribusi langsung dalam upaya mencegah dan mengatasi masalah STUNTING di Indonesia. Ikut berdonasi dengan klik Kompas.com Jernih Berbagi.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya