JAKARTA, KOMPAS.com – Pencegahan kehamilan bukan hanya tanggung jawab perempuan. Sayangnya, selama ini hanya perempuan yang selalu dibebankan menggunakan alat kontrasepsi.
Padahal, alat kontrasepsi untuk pria pun tersedia, yakni kondom dan vaksetomi. Namun, banyak pria enggan menggunakannya.
Prof. Dr. dr. Wimpie Pangkahila, Sp.And, SubspcSAAM dari Departemen Andrologi dan Seksologi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Program Pascasarjana Kekhususan Anti-Aging Medicine, Indonesian Center for Anti-Aging Medicine (INCAAM), mengungkap alasan mayoritas laki-laki di Indonesia enggan menggunakan alat konstrasepsi.
Baca juga: Tak Cuma Perempuan, Laki-laki Juga Punya Tanggung Jawab Pakai Alat Kontrasepsi
“Kalau kondom, tentu karena pria merasa tidak bersentuhan langsung dengan vagina ketika melakukan hubungan seksual,” ujar dia.
Hal tersebut dikatakan dalam acara Seminar Nasional dalam rangka memperingati Hari Kontrasepsi Sedunia, bertajuk "Kontrasepsi untuk Masa Depan: Meningkatkan Kualitas Hidup melalui Keluarga Berencana” secara daring, Rabu (16/10/2024).
Berdasarkan data yang diperoleh Wimpie, hanya tiga persen laki-laki di Indonesia yang menggunakan kondom. Padahal, kondom dijual dengan bebas dan bisa diperoleh dari mana saja dengan harga terjangkau.
Sedangkan vasektomi, laki-laki enggan menerapkan metode kontrasepsi ini karena mengharuskan mereka melalui tindakan operasi.
Adapun, vasektomi adalah proes pemotongan dan pengikatan saluran sperma (vas deferens) kiri dan kanan yang membawa sperma dari testis menuju penis.
Pemotongan saluran dilakukan untuk membuat sperma tidak bercampur dengan air mani atau cairan semen. Alhasil, saat ejakulasi, air mani tidak mengandung sperma yang bisa membuahi sel telur.
Wimpie mengatakan, laki-laki enggan melakukan vasektomi berdasarkan beberapa pertimbangan. Salah satunya adalah keinginan menikah lagi ketika istrinya meninggal.
“Ketika pada suatu saat ada pria yang menikah lagi, misalnya karena istrinya meninggal, maka tidak mudah untuk mengembalikan saluran yang sudah divasektomi,” tutur dia.
Baca juga: Pentingnya Kontrasepsi Pria untuk Cegah Kehamilan Tidak Diinginkan
Namun, dikutip dari Mayo Clinic, prosedur vasektomi bisa dikembalikan alias vasektomi reversal.
Vasektomi reversal bisa dilakukan, meskipun sudah beberapa tahun setelah vasektomi awal dilakukan.
“Hanya 0,5 persen yang mengalami vasektomi. Ini bisa dimengerti karena ini adalah tindakan operasi. Masih banyak orang merasa takut mendengar kata dioperasi. Oleh karena itu, hanya 0,5 persen yang divasektomi,” kata Wimpie.
Mengingat sedikitnya variasi alat kontrasepsi untuk laki-laki, Wimpie melakukan penelitian untuk mencari pilihan kontrasepsi baru, yaitu KB suntik.