Meski begitu, Winona menekankan bahwa tidak semua orang menutupi masalahnya di media sosial. Ada juga individu atau pasangan yang jujur mengakui ketika mereka sedang tidak baik-baik saja.
Mereka memilih untuk membagikan kesulitan atau proses yang sedang dijalani, baik secara terbuka maupun dalam lingkaran terbatas.
“Meski begitu, ada juga yang jujur dengan apa yang sedang dialami, kalau lagi ada masalah dia ceritakan masalahnya,” kata Winona.
Namun, tetap penting untuk diingat bahwa media sosial bukan representasi penuh dari realita hidup seseorang.
Kita tidak bisa mengukur kebahagiaan, keharmonisan, atau kesedihan seseorang hanya dari apa yang dibagikan secara online (daring).
“Sehingga enggak bisa kita melihat sosial media ini sebagai wakil dari realita yang terjadi,” tutur Winona.
Kasus seperti Raisa dan Hamish menjadi contoh nyata bahwa citra hubungan di depan publik bisa berbeda dari kondisi sebenarnya.
Ada banyak faktor di balik keputusan dua orang untuk berpisah, mulai dari perbedaan nilai, perubahan tujuan hidup, hingga dinamika emosional yang rumit.
Winona menilai, perceraian tidak selalu berarti hubungan itu gagal. Dalam beberapa kasus, perceraian justru bisa menjadi bentuk keberanian untuk jujur terhadap diri sendiri dan mencari kebahagiaan yang lebih sehat.
Baca juga: