JAKARTA, KOMPAS.com – Pasar kripto mengalami tekanan setelah Bitcoin (BTC) gagal mempertahankan level 95.000 dollar AS (sekitar Rp 1,48 miliar dengan asumsi kurs Rp 15.600 per dollar AS). Total kapitalisasi pasar kripto turun 5 persen dalam sepekan terakhir, mencapai 3,19 triliun dollar AS (sekitar Rp 49.764 triliun).
Inflasi Amerika Serikat (AS) yang lebih tinggi dari ekspektasi dan kebijakan hawkish The Federal Reserve (The Fed) menjadi faktor utama yang membebani sentimen investor. Inflasi AS meningkat menjadi 3 persen secara tahunan (YoY), melampaui proyeksi sebelumnya.
The Fed juga menegaskan belum akan memangkas suku bunga dalam waktu dekat, yang menyebabkan investor mengurangi eksposur terhadap aset berisiko, termasuk kripto.
Selain itu, aliran keluar dari ETF Bitcoin Spot meningkat signifikan. Dalam sepekan terakhir, total outflow mencapai 581,2 juta dollar AS (sekitar Rp 9,06 triliun), menghentikan tren arus masuk yang sebelumnya positif.
Baca juga: Koreksi Harga Bitcoin Jadi Peluang Investasi Jangka Panjang
Ethereum (ETH) juga mencatatkan outflow sebesar 26,3 juta dollar AS (sekitar Rp 410,28 miliar), mengindikasikan investor mulai mengurangi kepemilikan altcoins.
Dari sisi on-chain, sebanyak 277.240 dompet BTC aktif keluar dari pasar, menunjukkan berkurangnya aktivitas investor ritel akibat ketidakpastian makroekonomi.
Trader Tokocrypto, Fyqieh Fachrur, mengatakan bahwa penundaan tarif timbal balik AS oleh Presiden Donald Trump yang awalnya dijadwalkan minggu ini juga gagal mendorong optimisme pasar.
"Meskipun ada penundaan, investor tetap khawatir bahwa tarif tersebut akan diterapkan pada kuartal kedua tahun 2025, yang berpotensi memperburuk sentimen global," ujarnya, melalui keterangan pers, Jumat (21/2/2025).
Baca juga: Bitcoin Anjlok Usai Trump Naikkan Tarif Impor ke Kanada, Meksiko, dan China
Fyqieh menambahkan bahwa pasar kripto sempat optimistis setelah kemenangan Trump, dengan harapan kebijakan ekonomi yang lebih longgar dan regulasi kripto yang lebih ramah. Namun, sentimen tersebut kini berubah negatif akibat meningkatnya arus keluar dari pasar.
"Dalam empat hari terakhir, ETF Bitcoin mengalami outflow sebesar 680 juta dollar AS (sekitar Rp 10,61 triliun), menandakan aksi profit-taking dan pengurangan eksposur terhadap aset berisiko," jelasnya.