Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
KILAS

Bulog Cetak Rekor Penyerapan Gabah Tertinggi dalam 10 Tahun

Kompas.com - 31/03/2025, 18:40 WIB
Hotria Mariana,
Yohanes Enggar Harususilo

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) mencatat rekor penyerapan gabah tertinggi dalam satu dekade terakhir. Hingga akhir Maret 2025, total penyerapan gabah setara beras telah mencapai lebih dari 725.000 ton.

Direktur Pengadaan Bulog Prihasto Setyanto menyampaikan, jumlah tersebut merupakan rekor tertinggi untuk periode Januari-Maret dalam 10 tahun terakhir.

"Penyerapan gabah yang mencapai lebih dari 725.000 ton setara beras ini merupakan capaian tertinggi BULOG dalam periode Januari–Maret dalam 10 tahun terakhir," ujar Prihasto dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (31/3/2025).

Ia menyebut, capaian itu sejalan dengan target pemerintah dan menjadi bagian dari upaya menjaga stabilitas cadangan pangan nasional.

Untuk mempercepat proses serapan, Bulog memperkuat kemitraan dengan petani, gabungan kelompok tani (gapoktan), serta penggilingan beras di berbagai daerah. Penyerapan dilakukan dengan harga sesuai ketentuan pemerintah, yakni Rp 6.500 per kilogram untuk gabah kering panen (GKP).

“Kami berkomitmen untuk terus mendukung para petani dengan cara menyerap hasil panen mereka sehingga program penyerapan gabah ini menjadi wujud nyata komitmen kami dalam mendukung kesejahteraan petani dan ketahanan pangan nasional,” ucap Prihasto.

Apresiasi atas capaian Bulog juga disampaikan Ketua Dewan Pengawas Perum Bulog Sudaryono. Ia menyebut langkah tersebut penting untuk menjaga daya beli petani, terutama menjelang Hari Raya Idul Fitri, saat kebutuhan pangan meningkat.

“Bulog telah membeli GKP dari petani dengan harga Rp 6.500 per kg. Harga ini mencerminkan bentuk kehadiran pemerintah untuk menyejahterakan petani Indonesia. Ini adalah bukti perhatian nyata Presiden Prabowo melalui Bulog. Ini kebijakan nyata," kata Sudaryono yang juga menjabat sebagai Wakil Menteri Pertanian.

Menurut dia, harga tersebut memberikan dampak positif terhadap nilai tukar petani (NTP) dan mendorong ekonomi pedesaan. Petani pun bisa menikmati hasil kerja keras mereka dengan lebih layak.

Ia menambahkan, kebijakan ini tak hanya menjaga kesejahteraan petani, tapi juga memastikan ketersediaan beras nasional tetap aman. Pemerintah, kata dia, terus menyosialisasikan pembelian gabah sesuai harga acuan, sekaligus mengedukasi petani agar melakukan panen di waktu yang tepat.

“Hal ini sangat penting karena panen yang tepat akan menghasilkan gabah dengan kualitas yang lebih baik, yang tentunya akan berdampak positif bagi kesejahteraan petani,” terang Sudaryono.

Sekretaris Perusahaan Perum Bulog Arwakhudin Widiarso menyebut, harga Rp 6.500 per kilogram dipastikan menguntungkan petani. Bulog ingin memastikan petani tidak merugi dan hasil panen mereka dibayar dengan layak.

Ia menambahkan, Bulog juga menggandeng berbagai pihak seperti pemerintah daerah, TNI, dan Polri untuk kelancaran penyerapan di seluruh wilayah.

“Dengan langkah dan capaian ini, Bulog berharap dapat terus berkontribusi dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional yang lebih kuat dan meningkatkan kesejahteraan petani serta mendukung pemerintah dalam mencapai target swasembada pangan di masa depan, sesuai dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto,” ujar Widiarso. 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Industri
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Ekbis
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
Keuangan
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Cuan
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau