Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Negosiasi Tarif dengan AS, Indonesia Cermati Aturan Barang Transhipment dari China

Kompas.com - 07/05/2025, 19:25 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com — Pemerintah Indonesia memberi perhatian khusus terhadap aturan rules of origin (RoO) yang disampaikan Amerika Serikat terkait barang transhipment dari China.

Untuk menghadapi hal ini, Indonesia membentuk tim kerja khusus RoO. Tim ini bertugas mencermati dampak aturan tersebut dalam proses negosiasi tarif dengan AS.

“Satu yang baru kemarin disampaikan oleh pemerintahan Trump, masalah rules of origin, bagaimana barang-barang transhipment dari China nanti pengaturannya akan sangat-sangat ketat sekali, yang juga diprotes oleh banyak negara, kita akan dalami dulu,” kata Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Susiwijono Moegiarso dalam Bisnis Indonesia Forum di Jakarta, Rabu (7/5/2025).

Baca juga: Soal Negosiasi AS-China, BI: Dua Gajah Sedang Bertarung

Ia menjelaskan banyak negara menyoroti masalah ini. Pemerintah ingin memastikan Indonesia tidak dirugikan dalam perdagangan dengan AS maupun China.

Ia menekankan pentingnya menghindari kesalahpahaman soal denda atau penalti atas barang transhipment.

“Jangan sampai ada nanti beberapa proses transhipment yang wajar (tapi) nanti akan kena penalti di AS sehingga kita diperlakukan seperti memfasilitasi transhipment untuk barang-barang dari China untuk tujuannya AS,” ujarnya.

RoO merupakan aturan yang menentukan asal suatu produk dalam perdagangan internasional. Aturan ini menjadi dasar penetapan tarif bea masuk dan kepatuhan terhadap perjanjian dagang. RoO juga memastikan barang mendapat perlakuan tarif preferensial jika memenuhi syarat asal.

Baca juga: Menakar Potensi Komoditas CPO di Tengah Perang Dagang AS-China

Susiwijono menjelaskan, proses negosiasi Indonesia dan AS berlangsung kondusif. Ia berharap hasilnya bisa diterima sebelum tenggat penundaan tarif 32 persen yang dikenakan terhadap Indonesia.

“Kita beruntung mendapatkan kesempatan di awal. Dan (AS) sangat kondusif dengan kita. Kalau teman-teman lihat ada beberapa negara yang sudah di awal dan sebagainya, kami tahu persis bahwa situasinya justru mereka tidak mudah,” ucapnya.

“Kita bersyukur di sisi kita sendiri sangat kondusif. Mudah-mudahan target 60 hari maksimal sampai dengan waktu penundaan berakhir di 8 atau 9 Juni, mudahan-mudahan kita sudah punya hasilnya,” lanjutnya.

Ia menyebut hasil terbaik dari negosiasi adalah penurunan tarif resiprokal. Tarif dasar baru dan tarif sektoral belum dibahas dalam perundingan.

Susiwijono mengatakan proses negosiasi tidak bisa dijabarkan secara rinci karena kedua negara sudah menandatangani perjanjian non-disclosure agreement (NDA).

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Baca tentang


Terkini Lainnya
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Di Tengah Rumor PHK Massal, Laba Gudang Garam Anjlok Drastis
Industri
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Menkeu Purbaya soal 17+8 Tuntutan Rakyat: Itu Suara Sebagian Kecil Masyarakat...
Ekbis
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
IHSG Rontok Usai Sri Mulyani Diganti: Pasar Panik atau Rasional?
Keuangan
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Saham Emiten Rokok Meroket Usai Sri Mulyani Tak Lagi Jadi Menteri
Cuan
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau