Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kelapa Mahal, Zulhas: Bagus untuk Petani, Untung Banyak

Kompas.com - 15/05/2025, 11:27 WIB
Dian Erika Nugraheny,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Pangan Zulkifli Hasan mengatakan, harga kelapa yang mahal di pasaran justru bagus untuk petani. Sehingga ia menyarankan agar petani semakin banyak menanam kelapa.

Hal itu disampaikannya saat ditanya solusi untuk mengatasi harga kelapa yang mahal.

"Baguslah untuk petani, ya. Solusinya tanam yang banyak," ujar pria yang akrab disapa Zulhas itu usai menghadiri World of Coffee Jakarta di JCC, Senayan, Jakarta, Kamis (15/5/2025).

Zulhas pun menegaskan pemerintah tidak akan menyetop ekspor kelapa. Sebab, pemerintah mempertimbangkan petani yang sedang untung besar.

Baca juga: Kenapa Harga Kelapa Mahal? Zulhas: Diolah Jadi Susu di China

"Oh, enggak (ekspor tidak dihentikan). Enggak ada. Petaninya lagi untung banyak sekarang. Bagus, ya," tegasnya.

Sebelumnya, saat memberikan sambutan di acara World of Coffee Jakarta, Zulhas mengungkapkan penyebab langka dan mahalnya harga kelapa yang terjadi saat ini.

Menurutnya, pengolahan kelapa menjadi susu di China menjadi penyebab mahal dan langkanya kelapa di pasaran.

"Kelapa sekarang langka, karena kelapa sama teman-teman dari Tiongkok (China) diolah jadi susu," ujarnya. "Jadi di Tiongkok sekarang orang minum kopi bukan pakai susu, tapi pakai santan kelapa. Jadi kelapa mahal sekarang," kata Zulhas.

Ia pun menyampaikan, pemerintah Indonesia saat ini tidak hanya fokus pada pengembangan pangan pokok seperti gabah dan jagung.

Ilustrasi kelapa (nipananlfestyle.com/pexels)Eriana Widya Astuti Ilustrasi kelapa (nipananlfestyle.com/pexels)
Namun, pemerintah mulai konsentrasi terhadap pangan hasil perkebunan seperti kopi dan coklat karena harganya menguntungkan.

"Sekarang kita konsen terhadap juga perkebunan yang sangat menguntungkan seperti kopi, coklat, harganya bagus sekali sekarang. Kopi, coklat. Dan juga satu lagi kelapa," jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, harga kelapa yang dijual di sejumlah pasar tradisional melonjak drastis.

Baca juga: Mengurai Keruwetan Tata Niaga Kelapa

Kondisi ini tak hanya berdampak pada pembeli, tetapi juga pedagang kelapa yang mengaku mengalami penurunan jumlah penjualan.

Agus (60), pedagang kelapa di Pasar Paseban, Senen, Jakarta Pusat, mengungkapkan, harga kelapa saat ini mengalami kenaikan lebih dari dua kali lipat dibandingkan sebelumnya. “Dulu kelapa Rp 10.000-an. Sekarang bisa sampai Rp 25.000. Setelah Lebaran malah makin naik,” ujar Agus kepada Kompas.com, Rabu (23/4/2025).

Kenaikan harga kelapa juga terjadi di Pasar Tambun, Bekasi. Seorang distributor kelapa parut di Pasar Tambun, Juari (41), mengatakan bahwa kenaikan harga sudah terjadi sejak sebelum Ramadhan.

Saat itu, harga eceran kelapa parut naik dari Rp 5.000 menjadi Rp 10.000 hingga Rp 12.000 per butir. “Harga terus naik. Sekarang kelapa ukuran kecil dijual Rp 15.000, sedangkan ukuran besar bisa mencapai Rp 17.000 hingga Rp 18.000 per butir,” kata Juari saat ditemui di Pasar Tambun, Rabu (23/4/2025).

Juari menduga kenaikan harga ini disebabkan oleh meningkatnya permintaan ekspor kelapa parut ke Thailand. Hal ini membuat petani menerapkan harga jual yang sama, baik untuk pasar ekspor maupun dalam negeri.

Baca juga: Tarif Ekspor Kelapa Disiapkan untuk Bantu Petani Ganti Pohon Tua

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau