Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ronny P Sasmita
Analis Senior Indonesia Strategic and Economic Action Institution

Penikmat kopi yang nyambi jadi Pengamat Ekonomi

Moratorium Tambang Nikel di Raja Ampat

Kompas.com - 12/06/2025, 11:28 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

TEMUAN kerusakan lingkungan di Kawasan Raja Ampat, Papua, cukup mengkhawatirkan kita semua sebagai anak bangsa.

Bukan saja karena Raja Ampat adalah salah satu simbol "ecotourism" dan geopark yang perlu dijaga secara serius, tapi juga karena pemerintah tidak memiliki “batas” dan “boundaries” sektoral yang jelas di saat memberikan izin kepada pelaku pertambangan untuk situasi dan lokasi khusus, bahkan super khusus, seperti Raja Ampat.

Dalam hemat saya, temuan-temuan tersebut mengindikasikan beberapa hal yang semestinya menjadi concern dan perhatian pemerintah, mulai dari sekarang sampai waktu-waktu mendatang.

Baca juga: Terbukti, Ada Kolam Limbah Tambang Nikel Raja Ampat Jebol dan Cemari Laut

Pertama, pemerintah masih menganggap pertambangan sebagai sektor “anak emas” dibanding sektor lainya, tanpa memikirkan imbasnya di masa depan terhadap kawasan, meskipun aktifitas pertambangan tersebut dilakukan di kawasan konservasi berstatus khusus.

Persoalan mindset ini perlu disesuaikan dengan keadaan saat ini. Sektor ekstraktif harus dipaksa untuk menyesuaikan diri dengan isu global yang sangat “concern” pada lingkungan di satu sisi.

Selain itu, beradaptasi dengan urgensi diversifikasi sektoral yang harus diupayakan pemerintah sesegera mungkin untuk menghindari ketergantungan berlebihan kepada satu sektor di sisi lain, dengan segala imbas dan risikonya untuk Indonesia.

Dengan kata lain, pemerintah perlu belajar dari kasus-kasus pertambangan nikel di Sulawesi, yang secara ekonomi dan sosial justru lebih merugikan Indonesia.

Sulawesi harus dijadikan bahan pelajaran penting di mana pemanfaatan keunggulan satu komoditas tertentu tidak semestinya mengorbankan masa depan Indonesia di waktu-waktu mendatang di berbagai bidang lainya.

Artinya, pemerintah sangat perlu menghindari terjadinya “reproduksi sosial” di Papua (meminjam istilah antropologi kritis), di mana segala persoalan yang terjadi di Sulawesi terkait dengan pertambangan nikel harus dihindari untuk terjadi kembali di Papua.

Kedua, untuk itu, aktifitas pertambangan yang diberikan izin di kawasan konservasi khusus di satu sisi dan berstatus strategis di bidang lain, seperti pariwisata, misalnya, di sisi lain, harus dikenai aturan yang jauh lebih ketat dibanding dengan aturan yang biasa diterapkan di kawasan lainya.

Jika perlu tidak hanya ketat, tapi juga dengan deretan sanksi keras dan menyakitkan.

Tujuannya agar imbas pertambangan di sekitar kawasan strategis pariwisata dan atau kawasan berstatus geopark dunia tidak membunuh potensi pariwisata di kawasan tersebut di kemudian hari.

Baca juga: Narasi Hijau Palsu: Dampak Nyata Tambang Nikel di Balik Mobil Listrik

 

Kelestarian alam, mulai dari biota laut, kontour lahan, bentuk asli kawasan, pola hidup masyarakat lokal, sampai pada eksistensi vegetasi di kawasan tersebut harus dipastikan terjaga dan terjamin, baik secara konstitusional maupun secara teknis operasional.

Direksi PT Gag Nikel, Aji Priyo Anggoro mengambil gambar di lokasi terbuka penambangan yang sementara berhenti beroperasi di Pulau Gag Distrik Waigeo Barat Kepulauan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Minggu (8/6/2025). PT Gag Nikel memastikan bahwa operasional pertambangan dijalankan sesuai prinsip pertambangan berkelanjutan dan kaidah lingkungan hidup yang berlaku dengan melakukan upaya reklamasi pasca penambangan serta pengolahan limbah yang telah melalui uji baku mutu sehingga tidak menimbulkan dampak ekologis.ANTARA FOTO/Olha Mulalinda Direksi PT Gag Nikel, Aji Priyo Anggoro mengambil gambar di lokasi terbuka penambangan yang sementara berhenti beroperasi di Pulau Gag Distrik Waigeo Barat Kepulauan Kabupaten Raja Ampat, Papua Barat Daya, Minggu (8/6/2025). PT Gag Nikel memastikan bahwa operasional pertambangan dijalankan sesuai prinsip pertambangan berkelanjutan dan kaidah lingkungan hidup yang berlaku dengan melakukan upaya reklamasi pasca penambangan serta pengolahan limbah yang telah melalui uji baku mutu sehingga tidak menimbulkan dampak ekologis.
Ketiga, dalam hemat saya, ada baiknya proses pertambangan yang sedang berjalan di Raja Ampat dihentikan sementara atau dimoratorium dulu.

Selanjutnya ditinjau ulang dan dilakukan kajian independen khusus lanjutan yang komprehensif, sampai ditemukan formula baru dan aturan main baru yang lebih tepat serta lebih bisa diterima oleh semua pihak di satu sisi dan lebih memberikan ruang kepada Raja Ampat sebagai kawasan strategis pariwisata nasional untuk berkembang sebagaimana yang selama ini diharapkan di sisi lain.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau