Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Bitcoin Turun di Tengah Redanya Ketegangan AS-China, Investor Masih "Wait and See"

Kompas.com - 12/06/2025, 19:18 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com – Harga Bitcoin tertekan di tengah kabar meredanya ketegangan dagang Amerika Serikat (AS) dan China. Momen ini diiringi oleh rilis data inflasi terbaru AS yang memunculkan kekhawatiran baru soal arah kebijakan suku bunga The Fed.

Pada Kamis (12/6/2025), Bitcoin sempat tergelincir di bawah level 108.000 dollar AS atau sekitar Rp 1,78 miliar (kurs Rp16.500).

Koreksi ini terjadi usai data Indeks Harga Konsumen (CPI) AS Mei 2025 menunjukkan kenaikan inflasi tahunan menjadi 2,4 persen. Kenaikan ini memicu dugaan pelaku pasar bahwa Federal Reserve (The Fed) bisa saja menunda rencana pemangkasan suku bunga acuannya.

Padahal sebelumnya, kabar positif datang dari pertemuan dagang AS-China yang menghasilkan kesepakatan untuk memulihkan gencatan senjata setelah dua bulan ketegangan tarif.

Baca juga: Harga Bitcoin Sentuh 110.000 Dollar AS, Transaksi Kripto Domestik Naik

Sentimen ini sempat mendorong harga Bitcoin menembus kisaran 110.000 dollar AS atau sekitar Rp1,81 miliar, disusul pergerakan altcoin seperti Ethereum yang mendekati level 3.000 dollar AS atau sekitar Rp49,5 juta.

Namun laporan inflasi terbaru membuat optimisme itu memudar. Saat ini, Bitcoin diperdagangkan di kisaran 107.594 dollar AS (sekitar Rp1,77 miliar), melemah sekitar 2,3 persen dalam 24 jam terakhir.

"Meski terjadi koreksi, posisi Bitcoin saat ini masih berada jauh di atas rata-rata pergerakan kunci. Ini menjadi indikator bahwa kekuatan tren jangka menengah hingga panjang masih terjaga," ujar Fyqieh Fachrur, Analis Tokocrypto, melalui keterangannya, Kamis (12/6/2025).

Baca juga: Transaksi Bitcoin di Dalam Negeri Meningkat, Imbas Harga Rebound

Fyqieh menambahkan, sebagian besar investor tetap memilih mengakumulasi Bitcoin meski gagal mempertahankan level psikologis 110.000 dollar AS.

"Data on-chain menunjukkan arus keluar dari bursa masih tinggi, menandakan investor lebih memilih menyimpan asetnya untuk jangka panjang. Tekanan beli ini akan menjadi faktor penting dalam pemulihan harga," jelasnya.

Secara teknikal, Bitcoin diproyeksikan punya peluang menguji ulang level 110.000 dollar AS jika mampu bertahan di atas support kuat 106.265 dollar AS atau sekitar Rp1,75 miliar.

Jika berhasil melewati batas itu dan mengonfirmasinya sebagai support baru, BTC berpotensi melanjutkan penguatan menuju rekor tertinggi sepanjang masa di 111.980 dollar AS (sekitar Rp1,85 miliar).

Baca juga: Indonesia Peringkat 3 Adopsi Kripto Dunia, Ungguli AS

Namun, potensi penurunan tetap ada jika tekanan makroekonomi meningkat. Apabila Bitcoin tergelincir di bawah 106.265 dollar AS, harganya bisa meluncur ke kisaran 105.000 dollar AS atau Rp1,73 miliar, yang bisa mengubah proyeksi bullish dalam jangka pendek.

Di sisi lain, pelaku pasar masih menaruh harapan pada kemungkinan pemangkasan suku bunga acuan The Fed mulai September 2025. Data CME FedWatch menunjukkan probabilitas sebesar 57 persen bahwa The Fed akan memangkas suku bunga menjadi 4 persen–4,25 persen pada bulan itu.

“Jika penurunan inflasi berlanjut dan The Fed mulai melonggarkan kebijakan moneternya, ini bisa menjadi katalis tambahan bagi pasar kripto, termasuk Bitcoin, untuk melanjutkan penguatan,” ungkap Fyqieh.

Halaman:


Terkini Lainnya
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Purbaya Menkeu Baru, Industri Mebel: Momentum Memperkuat Fondasi Fiskal
Industri
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Soal Badan Penerimaan Negara, Menkeu Purbaya: Kayaknya Suka-suka Saya...
Ekbis
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
6 Strategi Menabung ala Gen Z yang Bisa Dicoba
Keuangan
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Harga Emas Melambung, Hartadinata Abadi (HRTA) Optimistis Penjualan Tumbuh hingga 60 Persen
Cuan
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Youth Chapter Hadir di Belt and Road Summit 2025, Dorong Keterlibatan Pemuda dalam Ekonomi Global
Ekbis
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Pertamina NRE Gandeng HyET Belanda Kembangkan Teknologi EBT
Energi
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Surya Semesta Internusa (SSIA) Tetap Bagi Dividen 30 Persen di Tengah Proyeksi Penurunan Laba
Cuan
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Purbaya Menteri Keuangan Baru, Indef: Dia Ekonom yang Baik...
Ekbis
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Harpelnas 2025, J Trust Bank (BCIC) Sebut Nasabah jadi Bagian Penting
Keuangan
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Lapangan Minyak Tua Sumatera Pecahkan Rekor Produksi 30.000 Barrel per Hari
Energi
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Hong Kong Dorong Kolaborasi Internasional, Tampilkan Peran Kunci di Belt and Road Summit 2025
Ekbis
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
KPPU Dalami Kelangkaan BBM Non-Subsidi, Jaga Agar Tidak Ada Praktik Monopoli
Ekbis
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ferry Juliantono Jadi Menkop, Pelaku Usaha Ungkap Tugas yang Harus Diprioritaskan
Ekbis
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
IHSG Anjlok, Menkeu Purbaya: Saya Orang Pasar, 15 Tahun Lebih...
Cuan
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Multi Medika Internasional (MMIX) Bakal Bagi Saham Bonus untuk Investor, Simak Rasionya
Ekbis
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau