Kapitalisasi Pasar Kripto Global Anjlok Lebih dari Rp 2,6 Kuadriliun akibat Perang Israel-Iran

NEW YORK, KOMPAS.com - Kapitalisasi pasar kripto global telah kehilangan lebih dari 160 miliar dollar AS atau sekitar Rp 2,6 kuadriliun (kurs Rp 16.300 per dollar AS) sejak 12 Juni 2025, saat Israel menyerang Iran.

Israel melancarkan operasi udara besar-besaran yang diberi sandi “Operation Rising Lion”, yang menargetkan fasilitas nuklir Iran (termasuk Kompleks Pengayaan Natanz), program rudal balistik, serta kepemimpinan militer negara tersebut.

Pada hari itu, total kapitalisasi pasar kripto sempat mencapai puncaknya di 3,4 triliun dollar AS (Rp 55,4 kuadriliun). Namun per 18 Juni 2025, data dari CoinMarketCap menunjukkan, nilainya telah turun menjadi 3,24 triliun dollar AS (Rp 52,8 kuadriliun).

Baca juga: Harga Bitcoin Tersandung Inflasi AS, Sentimen Positif China Tak Cukup Angkat Pasar

Seperti dikutip dari Finbold, Kamis (19/6/2025), penurunan tajam ini mencerminkan meningkatnya kecemasan investor terhadap ketidakpastian geopolitik.

Volume perdagangan juga mengalami penurunan, yakni menjadi 117,71 miliar dollar S, turun dari 125,18 miliar dollar AS yang tercatat saat reli pasar memuncak pada Rabu minggu lalu.

Meski aset kripto sering digambarkan sebagai lindung nilai terhadap risiko makroekonomi, sejarah terbaru menunjukkan bahwa ketika ketegangan global benar-benar meningkat, bahkan Bitcoin (BTC) dan Ethereum (ETH) pun tidak kebal terhadap aksi jual awal akibat pelarian investor menuju aset yang dianggap lebih aman.

Konflik antara Israel dan Iran telah memberikan dampak luas terhadap berbagai aset berisiko (risk-on assets).

Pasar saham mengalami volatilitas tinggi, sementara harga minyak sempat melonjak sebelum kembali turun karena spekulasi bahwa konflik tersebut hanya akan bersifat regional.

Namun di pasar kripto, sentimen investor berubah drastis dari pola buy the dip (beli di level rendah) menjadi wait and see alias lihat dan tunggu.

Beberapa altcoin utama seperti XRP, SOL, dan ADA mencatat kerugian mingguan hingga mendekati dua digit. Bahkan Bitcoin, yang masih bertahan di atas level 105.000 dollar AS, kesulitan untuk kembali meraih momentum kenaikan meskipun ada arus masuk dana yang positif dari produk ETF.

Baca juga: Investor Kripto Global Pantau Konflik Israel-Iran