JAKARTA, KOMPAS.com - Pelaku industri logistik mendesak pemerintah untuk mengevaluasi tarif Jalan Tol Cibitung–Cilincing (JTCC) yang dinilai terlalu tinggi dan membebani biaya distribusi barang.
Asosiasi Logistik dan Forwarding Indonesia (ALFI) mengakui bahwa keberadaan tol itu bermanfaat bagi sejumlah pihak, mulai dari pelaku usaha logistik. Ruas itu jadi penghubung antara kawasan industri menuju Pelabuhan Tanjung Priok dengan jarak yang lebih dekat.
Adil Karim, Ketua Umum Dewan Pengurus Wilayah (DPW) ALFI Jakarta, mengatakan Tol Cibitung-Cilincing merupakan solusi mengurangi kemacetan di Jakarta-Cikampek.
Baca juga: Dukung Kelancaran Arus Mudik Lebaran 2025, Jalan Tol Cibitung–Cilincing Diskon hingga 46 Persen
Namun, Adil juga menyoroti tarif yang terlalu mahal.
“Kita menyampaikan kepada pemerintah bahwa tol itu harga tarifnya itu harus dievaluasi kembali, baik juga pada pengelola, itu harus dievaluasi kembali tarif tolnya,” kata dia dalam keterangannya, dikutip dari Kontan.co.id, Senin (23/6/2025).
Adil bilang, banyak sopir truk menganggap biaya tol saat ini terlalu mahal dibandingkan rute alternatif melalui Tol Cikampek dan jalan biasa. Hal ini menjadi alasan utama mereka enggan menggunakan tol tersebut.
Selain itu, ia juga mendorong adanya integrasi akses langsung ke Pelabuhan Tanjung Priok agar arus logistik tidak bercampur dengan jalur umum dan lebih efisien.
Baca juga: Asosiasi Logistik Minta Pemerintah Tinjau Ulang Tarif Tol Cibitung-Cilincing
Selain jadi solusi strategis untuk mengurai kemacetan, khususnya di Tol Cikampek, kehadiran Jalan Tol Cibitung-Cilincing memperkuat konektivitas logistik menuju Pelabuhan Tanjung Priok.
Tol ini dinilai sebagai koridor ideal dalam sistem integrasi logistik nasional, yang bertujuan menghubungkan kawasan industri dengan pusat distribusi seperti pelabuhan dan bandara, guna mempercepat dan mengefisienkan pengiriman barang.