KOMPAS.com - Pengusaha kaya raya pemilik bisnis trader minyak, Riza Chalid, tengah jadi sorotan publik. Sosoknya pun kini berstatus buronan Kejaksaan Agung (Kejagung).
Tak tanggung-tanggung, ia bersama anaknya Muhammad Kerry Adrianto, jadi tersangka kasus korupsi minyak mentah Pertamina.
Riza Chalid menjadi satu-satunya tersangka yang keberadaannya belum diketahui. Total ada 18 orang yang jadi tersangka, termasuk mantan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Alfian Nasution yang kini sudah ditahan.
Riza Chalid ditetapkan sebagai tersangka atas perannya sebagai beneficial owner PT Orbit Terminal Merak. Sementara anaknya, Muhammad Kerry Adrianto juga jadi tersangka karena perannya sebagai beneficial owner perusahaan lain yang masih saling terafiliasi.
Beneficial owner adalah adalah orang yang secara formal menjadi pemilik dan mengendalikan suatu perusahaan, meskipun kepemilikan saham tersebut sebenarnya secara legal dilakukan atas nama pihak lain.
Baca juga: Daftar 18 Tersangka Kasus Korupsi Pertamina, Termasuk Riza Chalid
Dalam kasus ini, penghitungan kerugian negara masih terus dilakukan, tetapi angka sementara yang disebut Kejaksaan sudah mencapai Rp 285 triliun. Angka ini setara dengan sekitar 17,3 miliar dollar AS, dengan kurs Rp 16.500 per dollar AS.
Mengutip Tribunnews, meski dikenal luas di kalangan elite bisnis energi, profil Riza Chalid jarang muncul di publik. Ia dijuluki “The Gasoline Godfather” karena pengaruhnya yang besar di sektor perdagangan minyak.
Riza Chalid sempat mengendalikan anak usaha Pertamina berbasis di Singapura, Pertamina Energy Trading Ltd (Petral). Lewat perusahaannya Global Energy Resources, ia menjadi pemasok terbesar minyak ke Petral.
Ia juga tercatat memiliki perusahaan Gold Manor, yang terseret kasus tender impor minyak Zatapi pada 2008.
Di luar sektor energi, Riza memiliki bisnis di bidang ritel mode, sawit, hingga minuman jus. Pada 2015, kekayaannya diperkirakan mencapai 415 juta dollar AS, menjadikannya orang terkaya ke-88 versi Globe Asia.
Nama Riza Chalid mencuat dalam skandal “Papa Minta Saham” tahun 2015 yang menyeret Ketua DPR Setya Novanto.
Baca juga: Ke Mana Perginya Riza Chalid Usai Jadi Tersangka Korupsi Pertamina?
Dalam rekaman yang beredar, Riza ikut dalam percakapan dengan Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsoeddin. Ketiganya diduga membahas pembagian saham Freeport untuk sejumlah elit pemerintah.
Skandal ini sempat disebut sebagai "versi elit" dari "Mama Minta Pulsa". Meski tidak dijerat hukum, Kapolri saat itu, Badrodin Haiti, menyebut ada indikasi pemufakatan jahat.
Pada 2018, Riza juga dikaitkan dengan kasus pelarian Eddy Sindoro, mantan petinggi Lippo Group. Ground staff AirAsia mengaku diminta oleh sekretaris Riza untuk membantu Eddy lolos pemeriksaan imigrasi di Bandara Soekarno-Hatta.
Sementara mengutip Antara, ia juga disebut-sebut memiliki peran dalam Pemilu 2014 sebagai salah satu pendukung dan penyokong dana untuk Prabowo Subianto.