Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mayoritas Warga RI Ingin Mandiri dan Bebas Finansial Saat Tua, Bukan Berumur Panjang

Kompas.com - 02/08/2025, 16:00 WIB
Aprillia Ika

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com — Hidup hingga usia senja bukan lagi menjadi dambaan utama warga Indonesia. Survei terbaru menunjukkan, warga lebih memprioritaskan kebebasan finansial dan kesehatan saat memasuki masa pensiun.

Hal itu terungkap dalam survei Asia Care 2025 yang digagas Manulife pada pertengahan 2025. Survei tersebut melibatkan lebih dari 9.000 responden berusia 25 tahun ke atas, termasuk lansia, dari sembilan negara Asia: Indonesia, China, Hong Kong, Taiwan, Jepang, Singapura, Malaysia, Filipina, dan Vietnam.

Dari survei tersebut, hanya 6 persen responden Indonesia yang menyatakan “umur panjang” sebagai keinginan utama di hari tua. Sebaliknya, keinginan tertinggi adalah kemandirian dan kebebasan finansial (27 persen), disusul oleh kesehatan fisik dan mental (18 persen).

Baca juga: Gaji Rp 5 Juta Saat Kerja, Saat Pensiun Anjlok Jadi Rp 500.000, Siapkah Anda?

Menariknya, keinginan akan kebebasan finansial meningkat di kelompok usia produktif (25-54 tahun), dengan proporsi mencapai 36 persen.

“Asia tidak lagi berfokus pada panjang usia, melainkan kualitas hidup di masa tua. Ini termasuk kesehatan fisik dan mental, kebebasan finansial, dan aging with dignity—yakni tetap dihormati dan memiliki kendali atas hidup sendiri,” tulis laporan Asia Care 2025.

Responden Indonesia juga menilai bahwa kemantapan finansial berperan besar terhadap kesehatan fisik dan mental mereka. Sebanyak 79 persen responden menyatakan pandangan tersebut, angka yang sejalan dengan rata-rata regional sebesar 74 persen.

Namun, keyakinan atas kesiapan dana pensiun tak sepenuhnya sejalan dengan realitas. Sebanyak 76 persen responden Indonesia merasa sudah cukup siap menghadapi masa tua.

Baca juga: Tak Banyak Pekerja RI yang Siap Pensiun, Padahal Umur Produktif Terbatas

Rinciannya, hampir 80 persen kelompok usia produktif merasa percaya diri atas bekal pensiunnya, namun angka itu turun menjadi 70 persen di kelompok usia pensiun (55 tahun ke atas).

Secara regional, tingkat keyakinan ini termasuk tinggi. Di Asia, hanya 57 persen responden yang merasa siap secara finansial menghadapi masa tua.

Afifa, CEO & President Director PT Manulife Aset Manajemen Indonesia, menekankan pentingnya menghindari bias keyakinan saat mempersiapkan pensiun.

“Bias keyakinan adalah hal yang perlu dihindari ketika kita bicara mengenai usia pensiun kita, usia di mana kita tak lagi mampu menghasilkan uang. Perhitungan yang matang merupakan hal yang seharusnya dijadikan dasar keyakinan kita, bukan sekadar perasaan,” ujar Afifa, melalui keterangannya, dikutip Sabtu (2/8/2025).

Baca juga: Perpanjangan Usia Pensiun ASN dan Perang Talenta di Birokrasi

Ia juga menyarankan masyarakat untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan berlisensi, baik dari bank maupun perusahaan pengelola investasi.

“Ini dapat membantu kita mengukur kecukupan dana hari tua, kecepatan tumbuh aset, dan perencanaan keuangan yang tepat,” lanjutnya.

Survei ini juga memperlihatkan pergeseran paradigma soal usia tua di Asia. Kualitas hidup, bukan semata panjang usia, kini menjadi prioritas utama di banyak negara, termasuk Indonesia.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau