JAKARTA, KOMPAS.com - Tren pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia (BI) melalui penurunan suku bunga acuan (BI Rate) membuka ruang bagi perbankan untuk memperbaiki pendanaan.
PT Bank Woori Saudara Indonesia 1906 Tbk (BWS) dinilai menjadi salah satu bank yang berpotensi paling cepat merespons peluang ini, terutama karena biaya dana dari sisi liabilitas sudah menunjukkan penurunan sejak semester I-2025.
Berdasarkan laporan keuangan interim per Juni 2025, beban bunga atas liabilitas BWS, khususnya dari pos pinjaman yang diterima, tercatat turun signifikan dibandingkan periode sebelumnya.
Rata-rata bunga efektif atas pinjaman dalam mata uang rupiah berada di level 8,09 persen, lebih rendah dibandingkan posisi akhir tahun lalu 8,58 persen. Adapun rata-rata bunga atas pinjaman dalam mata uang asing juga turun menjadi 5,36 persen, dari sebelumnya 6,18 persen.
“Kondisi ini mengindikasikan bahwa struktur pendanaan Bank Woori Saudara telah memasuki fase penurunan biaya, bahkan sebelum suku bunga acuan diturunkan lebih lanjut,” ujar Analis Ajaib Sekuritas, Rizal Rafly, dalam keterangannya, Kamis (4/9/2025).
Baca juga: Ekspektasi Pemangkasan Suku Bunga The Fed Dorong Rupiah Menguat
Rizal menilai kemampuan emiten berkode SDRA ini menjaga tren penurunan bunga liabilitas menunjukkan kualitas tata kelola risiko dan struktur pendanaan yang efisien.
“Bank Woori Saudara punya akses ke dana murah, terutama karena dukungan induk usaha yang kuat. Dengan adanya tren penurunan suku bunga, ruang perbaikan margin akan makin terbuka,” katanya.
Secara keseluruhan, BWS tercatat membukukan laba operasional sebelum pencadangan atau Pre-Provision Operating Profit (PPOP) Rp 240,85 miliar per Juni 2025. Meski laba bersih mengalami tekanan akibat pencadangan yang ditingkatkan, struktur biaya dana yang makin membaik berpotensi mendukung pemulihan kinerja pada semester II.
"Selain itu, efisiensi dari sisi beban bunga juga akan berdampak langsung terhadap penguatan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) ke depan. Hal ini akan menjadi faktor penentu dalam menghadapi kompetisi perebutan dana pihak ketiga (DPK) yang diperkirakan masih ketat hingga akhir tahun," ujar Riza.
Bulan lalu, BI kembali menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5 persen. Dengan langkah ini, BI telah memangkas BI Rate sebanyak empat kali sepanjang 2025, ditambah satu kali pemangkasan pada akhir 2024. Secara total, penurunan suku bunga acuan sejak puncaknya di level 6,25 persen telah mencapai 125 bps.
Menurut Rizal, kebijakan ini akan berdampak pada penurunan bunga simpanan dan bunga kredit yang lebih kompetitif. Bank dengan struktur pendanaan efisien seperti BWS akan menjadi salah satu penerima manfaat utama.
“Tren penurunan suku bunga sangat menguntungkan bank dengan base funding yang sehat dan fleksibel. Ini bisa dimanfaatkan untuk mendorong pertumbuhan kredit berkualitas tanpa harus mengorbankan margin,” ujarnya.
Dengan modal yang kuat sebut dia, biaya dana yang makin efisien, serta disiplin manajemen risiko, BWS memiliki ruang cukup untuk memperbaiki kinerja pendapatan di semester II-2025. "Terutama jika momentum pemulihan ekonomi mulai menguat," katanya.
Baca juga: OJK Minta Bank Turunkan Suku Bunga Kredit secara Bertahap