Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marsinah Simbol Perjuangan Kaum Buruh

Kompas.com - 04/06/2025, 12:35 WIB
Shela Octavia,
Danu Damarjati

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bergumul di tengah kepulan debu dan bermandi keringat di bawah teriknya matahari masih mengisi keseharian para buruh yang turun aksi.

Mereka yang keluar dari pabrik memilih jalanan sebagai ruang untuk menyuarakan isi hati dan penderitaan yang tidak didengar para pemilik modal.

Sama seperti Marsinah di tahun 1993 lalu. Kala itu, ia menjadi salah satu sumber suara paling lantang yang melawan penindasan oleh PT Catur Putra Surya (CPS), sebuah pabrik pembuat jam, di Porong, Sidoarjo, Jawa Timur.

Baca juga: Kronologi Kematian Marsinah: 8 Mei 1993

Suara Lantang Marsinah

Sebelum ditemukan dalam kondisi meninggal dunia, Marsinah menjadi salah satu yang paling lantang menyuarakan hak buruh.

April 1993, pemerintah Orde Baru memberikan imbauan kepada para pengusaha untuk menaikkan gaji pokok para buruh.

Tapi PT CPS tempat Marsinah bekerja saat itu tidak mengindahkan imbauan pemerintah.

Di sisi lain, para buruh sudah tercekik dengan tuntutan hidup dan segala biayanya, diperparah dengan upah yang tidak layak.

Baca juga: Mereka yang Dituduh Membunuh Marsinah, dari Staf PT CPS hingga Satpam Perusahaan

Para buruh menuntut PT CPS untuk menaikkan upah mereka dari Rp 1.700 menjadi Rp 2.250 pada zaman itu. Buruh juga menuntut agar diberikan cuti hamil, cuti haid, dan upah lembur.

Dalam runtutan aksi ini, kawan-kawan Marsinah juga menuntut agar Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI) di PT CPS dibubarkan karena dianggap tidak mewakili suara para buruh.

Namun, tuntutan ini tak kunjung diindahkan dan memancing aksi yang lebih besar.

Para buruh kecuali kepala bagian dan staf melakukan mogok kerja untuk mempertegas keseriusan mereka.

Paa 4 Mei 1993, para buruh kembali melakukan aksi besar. Perundingan antara buruh dan perusahaan terjadi.

Baca juga: Marsinah dan Ingatan Kelam Dwifungsi ABRI

Tapi ketika perundingan masih berlangsung, sebanyak 13 orang buruh ditangkap Koramil.

Mereka dituding telah memprovokasi peserta aksi dan dipaksa untuk mengundurkan diri.

Lalu, 5 Mei 1993 siang, Marsinah sendirian mendatangi Koramil untuk menanyakan keberadaan 13 rekannya yang ditangkap.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau