Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Megawati: Dulu Penjajahan dengan Meriam dan Kapal Perang, Kini dengan Algoritma dan Data

Kompas.com - 01/11/2025, 15:13 WIB
Tria Sutrisna,
Dani Prabowo

Tim Redaksi

BLITAR, KOMPAS.com - Ketua Umum PDI-P sekaligus Presiden Kelima Republik Indonesia Megawati Soekarnoputri mengingatkan bahaya bentuk penjajahan baru di era digital.

Dia menilai, kekuasaan kini tidak lagi hadir dan diperoleh lewat senjata dan perang terbuka, tetapi melalui kendali atas data dan algoritma.

“Jika dulu penjajahan hadir dengan meriam dan kapal perang, maka kini ia datang melalui algoritma dan data,” ujar Megawati dalam seminar memperingati 70 tahun Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Blitar, Sabtu (1/11/2025).

Megawati mengatakan, artificial intelligence (AI), big data, dan sistem keuangan digital lintas batas kini telah melahirkan bentuk baru imperialisme global.

Baca juga: Megawati Usulkan Bentuk “Konferensi Asia-Afrika Plus” untuk Perkuat Peran Global South

Negara-negara maju, kata dia, menjadi pemilik dan pengendali data, sedangkan negara berkembang hanya menjadi pengguna algoritma yang tidak mereka kuasai.

“Negara-negara maju menjadi pemilik data, sementara negara-negara berkembang menjadi sekadar konsumen algoritma. Manusia direduksi menjadi angka, data menjadi komoditas,” tegasnya.

Megawati menilai tantangan digital saat ini bukan semata persoalan ekonomi, melainkan juga persoalan kemanusiaan dan kedaulatan bangsa.

Oleh karena itu, Megawati khawatir kemerdekaan sejati akan sulit tercapai jika tidak ada pengendalian terhadap teknologi dan data.

Baca juga: Megawati: Anak Muda Jangan Tergila-gila dengan AI

“Dunia membutuhkan a new global ethics, aturan moral global baru, untuk menata kembali kekuasaan dalam ranah teknologi, ekonomi, dan informasi,” kata Megawati.

Dia menegaskan, dunia memerlukan keberanian moral seperti yang pernah ditunjukkan Bung Karno saat memperjuangkan dekolonisasi pada 1955.

Kini, perjuangan itu juga harus ikut bergeser ke ranah digital.

“Kita membutuhkan keberanian moral seperti yang pernah ditunjukkan Bung Karno. Dunia kini memerlukan regulasi baru agar teknologi tidak menjadi alat penindasan bentuk baru,” jelas Megawati.

Megawati juga menekankan pentingnya untuk tetap menerapkan nilai-nilai Pancasila, sebagai pedoman etik dalam menghadapi era teknologi yang semakin tak terbendung.

Baca juga: Megawati Tawarkan Pancasila Jadi Etika Global: Muliakan Martabat Manusia, Tolak Penindasan

“Dunia yang tidak diatur oleh algoritma tanpa hati nurani, tetapi oleh nilai-nilai Pancasila yang memuliakan kehidupan,” tutur Megawati.

“Dari Blitar ini, dari pusara Bung Karno, saya menyerukan kepada dunia: mari kita bangun dunia baru! Dunia yang tidak diatur oleh algoritma tanpa hati nurani,” pungkasnya.

Dalam segala situasi, KOMPAS.com berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update topik ini dan notifikasi penting di Aplikasi KOMPAS.com. Download sekarang



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Unduh Kompas.com App untuk berita terkini, akurat, dan tepercaya setiap saat
QR Code Kompas.com
Arahkan kamera ke kode QR ini untuk download app
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau