Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inovasi Buah Simpalak Jadi Sumber Energi Terbarukan

Kompas.com - 26/08/2025, 11:32 WIB
Gilang Satria,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

Jakarta, Kompas.com – Buah simpalak, yang juga dikenal sebagai buah bintaro, bukan hanya berfungsi sebagai pengusir tikus alami.

Tim siswa SMAN 21 Makassar berhasil mengolahnya menjadi bahan bakar biodiesel B100.

Baca juga: Rekomendasi Helm untuk Pengendara Perempuan Berhijab

Inovasi ini muncul dalam ajang Toyota Eco Youth (TEY) ke-13, yang bertujuan untuk mendorong generasi muda menciptakan solusi lingkungan berbasis sains dan teknologi.

Ilustrasi biodiesel B30esdm.go.id Ilustrasi biodiesel B30

Proses Pembuatan Biodiesel dari Buah Simpalak

Fairuz Zacky Sadewa, salah satu anggota tim, menjelaskan dengan perinci proses pembuatan biodiesel dari buah simpalak yang dikenal beracun dan berfungsi sebagai penolak hama. “Oh ya, jadi proses kami itu mulai dari pengumpulan buah, ya, dari buah-buah simpalak yang kering,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, Senin (25/8/2025).

Setelah mengumpulkan buah, tim membelahnya untuk mengambil biji di dalamnya. “Setelah bijinya kita ambil, kita keringkan bijinya, setelah itu kita haluskan bijinya. Nah, setelah dihaluskan kita ekstraksi untuk mendapatkan minyak nabatinya,” jelas Fairuz.

Baca juga: Power Steering Bermasalah? Simak Tanda-tandanya Disini!

Selanjutnya, mereka melakukan ekstraksi untuk mengikat asam lemak bebas dalam biji buah simpalak. “Proses produksi ini membutuhkan ketelitian. Kandungan asam lemak bebas harus berada di bawah 2 persen. Jika tidak, akan terjadi proses penyabunan saat pencucian biodiesel, yang tentu akan memengaruhi kualitas bahan bakar,” kata Fairuz.

Para siswa SMAN 21 Makassar yang tergabung dalam ajang Toyota Eco Youth (TEY) ke-13, mengolah buah simpalak jadi biodiesel.Foto: KOMPAS.com/Gilang Para siswa SMAN 21 Makassar yang tergabung dalam ajang Toyota Eco Youth (TEY) ke-13, mengolah buah simpalak jadi biodiesel.

“Kalau belum di bawah 2 persen, itu bisa menyebabkan penyabunan pada saat pencuciannya. Nah setelah itu kita masuk ke tahap transesterifikasi untuk mendapatkan hasil biodieselnya, setelah itu pencucian biodieselnya, setelah itu pengemasan,” tuturnya menambahkan.

Dari sekitar 600 kilogram buah simpalak, tim ini mampu menghasilkan 500 mililiter biodiesel.

Kendati masih dalam skala kecil, inovasi ini menunjukkan potensi besar energi terbarukan dari sumber daya alam yang sering dianggap tidak berguna.

Baca juga: Pemprov DKI Pangkas 7 Titik Trotoar untuk Atasi Macet TB Simatupang

Penggunaan dan Uji Coba Biodiesel Simpalak

Buah bintaro yang jatuh dari pohon. Buah beracun itu tumbuh subur di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (19/9/2018).KOMPAS.com/DENDI RAMDHANI Buah bintaro yang jatuh dari pohon. Buah beracun itu tumbuh subur di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Rabu (19/9/2018).

Fairuz mengungkapkan bahwa penggunaan biodiesel tersebut masih terbatas pada uji coba sederhana. “Kami karena masih dalam skala kecil, jadi belum bisa dicoba di mesin-mesin gitu, karena biodiesel ini kan sifatnya korosif. Ketika kena benda-benda besi dalam tangki bensin, nanti yang ada muncul karat-karat,” jelasnya.

Baca juga: Duel Hybrid Jepang Ramah Kantong, Pilih Fronx atau Rocky (Video)

Meskipun demikian, tim ini sudah melakukan pengujian dengan membandingkan biodiesel dari simpalak dengan minyak sawit menggunakan media sumbu api. “Belum sampai sana, tapi kita sudah uji-coba di sumbu api, kita jadikan pembanding itu minyak sawit,” ungkap Fairuz.

Hasil pengujian menunjukkan perbedaan yang signifikan. “Minyak sawit itu kalau misalkan kita taruh di sumbu, minyaknya nggak naik. Tapi kalau biodiesel ini, minyaknya naik karena mengandung etanol,” tutup Fairuz.

Inovasi ini menjadi langkah awal yang menjanjikan dalam pengembangan energi terbarukan dari sumber daya yang selama ini dipandang sebelah mata.

Potensi buah simpalak dalam menciptakan biodiesel memberikan harapan bagi keberlanjutan energi di masa depan.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau