SOLO, KOMPAS.com - Saat mencari mobil matik bekas, konsumen seringkali dihadapkan pada pertimbangan biaya perbaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan mobil dengan transmisi manual.
Meskipun begitu, banyak yang memilih mobil matik karena kenyamanannya dalam berkendara.
Baca juga: Alasan Chery Indonesia Ganti Transmisi Chery C5 Menjadi DCT
Transmisi matik hadir dalam berbagai jenis, masing-masing memiliki karakteristik yang berbeda.
Di antara jenis-jenis tersebut, yang paling umum ditemukan adalah automatic transmission (AT) konvensional dan dual clutch transmission (DCT).
Mobil-mobil seperti Chery Tiggo 8, VW Golf GTI, VW Polo TSI, Audi A3, Hyundai Kona, dan Kia Seltos banyak yang memanfaatkan DCT untuk meningkatkan performa.
Sementara itu, AT konvensional lebih sering dijumpai pada mobil-mobil matik biasa.
Arif Suasono Ariyadi, pemilik Kebat Motors Bintaro Tangerang Selatan, menjelaskan bahwa salah satu hal yang perlu diperhatikan konsumen adalah biaya perbaikan jika mobil matik tersebut mengalami kerusakan. “Biaya perbaikan transmisi AT konvensional cenderung lebih murah, karena penggantian komponen bisa dipilah dan banyak tersedia di pasaran. Sementara itu, DCT masih tergolong jarang,” ungkap Arif kepada Kompas.com pada Jumat (29/8/2025).
Baca juga: Benarkah Transmisi AT Konvensional Lebih Lemot daripada DCT?
Terlepas dari biaya perbaikan, Arif juga menjelaskan bahwa performa transmisi DCT cenderung lebih responsif karena mengandalkan dua kopling kering.
Sementara itu, pada AT konvensional, ada daya putar yang terbuang karena menggunakan kopling fluida. “Sebenarnya karakter tersebut bisa dilihat dari dua sudut pandang; AT konvensional memang kurang responsif tetapi halus saat stop and go, sedangkan DCT lebih responsif, namun cenderung ada entakan saat menghadapi kemacetan,” jelasnya.
Baca juga: Estimasi Biaya Perawatan DCT Mobil di Bengkel Spesialis
Imun, pemilik bengkel spesialis Ford Trucuk Klaten, menekankan pentingnya pemeriksaan yang teliti sebelum memilih unit mobil bekas. “Potensi mobil rusak itu ada, sehingga wajib diperiksa sebelum memilih unit. Jika unit memang baik, barulah kita bisa membahas mending pilih model DCT atau AT konvensional,” ungkap Imun kepada Kompas.com baru-baru ini.
Imun juga menegaskan bahwa AT konvensional lebih awet, dengan biaya perbaikan yang lebih murah.
Baca juga: Kapan Waktu Ideal Melakukan Perawatan DCT Mobil?
Transmisi ini lebih tangguh untuk daerah lembap atau dengan curah hujan tinggi, serta perawatannya juga lebih mudah. “Perawatan AT konvensional cukup dengan melakukan penggantian oli secara teratur dan menggunakan oli berkualitas,” tambahnya.
Kualitas oli sangat menentukan ketahanan transmisi, sehingga oli yang bagus dapat digunakan lebih lama, hingga 100.000 Km, dengan merek seperti Q8.
Imun merekomendasikan mengganti oli setiap 50.000 Km untuk merek seperti Castrol.
Baca juga: Transmisi DCT Tidak Hanya untuk Mobil Sport Mahal
Bagi konsumen yang mendambakan mobil dengan performa tinggi, Imun merekomendasikan untuk memilih mobil matik dengan model DCT. "Mobil dengan tipe transmisi DCT cenderung memiliki akselerasi lebih baik, sehingga menjadi lebih responsif,” jelasnya.