Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pajak Progresif: Mengendalikan Kendaraan atau Menilai Kekayaan?

Kompas.com - 05/09/2025, 11:22 WIB
Erwin Setiawan,
Agung Kurniawan

Tim Redaksi

SOLO, KOMPAS.com - Pajak progresif sering dikaitkan dengan kemampuan finansial seseorang.

Hal ini disebabkan karena seseorang akan dikenakan pajak yang lebih besar jika memiliki lebih banyak kendaraan.

Namun, ternyata hal itu tidak sepenuhnya relevan, karena harga kendaraan bisa bervariasi; bahkan ada kategori mobil mewah dan murah.

Baca juga: Cara Menghitung Besaran Pajak Progresif Kendaraan

Dengan demikian, memiliki satu mobil mewah bisa saja setara dengan tiga unit mobil biasa dari segi nilai aset.

Danang Wicaksono, Kepala Bidang PKB Bapenda Jawa Tengah, mengatakan bahwa tujuan penerapan pajak progresif sebenarnya adalah untuk mengendalikan jumlah kendaraan dalam suatu wilayah, berbeda dengan pajak pendapatan.

“Pajak progresif tak bisa diartikan sebagai pajak yang diterapkan untuk si kaya. Misalnya, memiliki mobil lebih dari satu berarti kaya, itu tidak relevan,” ucap Danang kepada Kompas.com, belum lama ini.

Sebagai contoh, dua mobil Daihatsu Ayla dibandingkan dengan satu Toyota Alphard dengan tahun lansiran yang sama, maka satu unit Alphard bisa memiliki nilai yang jauh lebih besar.

Baca juga: Penerapan Pajak Progresif di Jakarta: Nama Beda, Alamat Sama Tetap Kena

Ilustrasi pajak, pajak kendaraan. Pemutihan pajak kendaraan bermotor. Pemutihan pajak 2025. Daftar provinsi pemutihan pajak kendaraan bermotor September 2025.Freepik Ilustrasi pajak, pajak kendaraan. Pemutihan pajak kendaraan bermotor. Pemutihan pajak 2025. Daftar provinsi pemutihan pajak kendaraan bermotor September 2025.

Sekretaris Bapenda Jawa Barat, Mohamad Deni Zakaria, mengatakan bahwa pajak progresif diterapkan lebih kepada pengendalian jumlah kendaraan.

Artinya, semakin banyak kendaraan yang dimiliki seseorang, maka akan dikenakan pajak yang lebih besar pula sebagai bentuk kontrol.

“Pajak kendaraan kesatu dan kedua tarifnya berbeda. Nah, ini yang disebut pajak progresif. Jadi, masyarakat perlu paham, semakin banyak memiliki kendaraan, konsekuensinya adalah pajak yang lebih besar,” ucap Deni kepada Kompas.com.

Selain itu, pajak progresif juga dapat mengendalikan populasi kendaraan, khususnya untuk kendaraan berbahan bakar fosil.

Artinya, semakin banyak populasinya, maka emisi karbon yang dihasilkan juga semakin banyak.

Sementara itu, mobil listrik saat ini tidak dikenakan pajak.

Hal ini terjadi karena mobil listrik dinilai sebagai kendaraan dengan zero emisi, sehingga tidak terhitung ke dalam kendaraan yang dikenakan pajak progresif.

Jadi, pajak progresif memiliki fungsi sebagai pengendali jumlah kendaraan dalam satu wilayah dan tidak berkaitan dengan kekayaan seseorang.

 

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau