SEMARANG, KOMPAS.com - Di tengah kondisi ekonomi yang tidak stabil, anak muda di Kota Semarang semakin cermat dalam mengelola keuangan.
Mereka memanfaatkan berbagai instrumen investasi, mulai dari deposito, reksa dana, saham, hingga emas.
Salah satu karyawan swasta, Dewi Kusuma (23), mengaku telah mulai menabung dan berinvestasi sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurut Dewi, menabung dan berinvestasi adalah langkah penting untuk menghadapi masa depan.
"In this economy, bagaimanapun kita harus tetap waspada. Harus lebih aware juga sama kondisi keuangan kita, kalau bisa ya menabung jalan, investasi juga," ujarnya kepada KOMPAS.com pada Senin (28/4/2025).
Baca juga: Pemprov Jateng Buka Penerbangan Perintis ke Jepara, untuk Apa?
Dewi menambahkan, investasi tidak harus menunggu sampai kaya atau memiliki uang banyak.
Yang terpenting adalah melakukannya secara konsisten, memahami risiko, dan menetapkan tujuan investasi.
"Sebenernya banyak pilihan instrumen, tapi kalau saya sudah nyaman investasi reksa dana. Nah kalau belakangan ini lagi mau coba investasi emas logam mulia," ucapnya.
Dewi juga menjelaskan bahwa harga emas yang semakin melonjak membuatnya ingin melakukan diversifikasi investasi.
Meskipun demikian, ia masih mempertimbangkan berbagai hal sebelum membeli emas logam mulia.
"Sebenernya masih FOMO aja sih, karena lihat Indonesia sedang tidak baik-baik saja, dollar juga naik terus. Jadi kayak was-was gitu, makanya pengen beli emas juga," ungkapnya.
Selain melihat harga emas yang meningkat, Dewi juga mempertimbangkan keuntungan investasi emas untuk jangka panjang.
"Rencana pengen beli cash logam mulia, tapi kayak masih full terus. Kalau misal nyicil, belum tahu hukumnya gimana, jadi mau cash aja. Seadanya stok, mau beli antara yang 1 atau 5 gram," jelas Dewi.
Hal serupa disampaikan oleh Ulfa (25), seorang karyawan swasta di Semarang, yang juga berencana beralih ke investasi emas logam mulia untuk mengamankan uang dari inflasi.
"Takutnya misal tidak segera diinvestasikan, nanti malah uangnya habis. Nilai dollar juga terus naik, Rupiah kita tidak ada apa-apanya. Jadi merasa khawatir gitu," ucap Ulfa.