KARANGANYAR, KOMPAS.com - Dua sekolah luar biasa (SLB) berhasil dibangun oleh pasangan guru honorer Muhammad Fajar (33) dan Ita Sulityowati (33) di pelosok Kabupaten Karanganyar, yakni di Kecamatan Jumapolo dan Jatipuro.
Sekolah-sekolah yang diberi nama SLB Mandiri Putra Jumapolo dan Jatipuro itu menyediakan pendidikan untuk anak disabilitas dari jenjang SD hingga SMA.
Fajar saat diwawancarai mengungkapkan bahwa hingga tahun 2025, dua sekolah yang ia bangun memiliki 75 siswa dan 16 orang guru.
Baca juga: Ratusan Pelajar Kulon Progo Terdeteksi Merokok, Iklan dan Teman Jadi Pemicu
Sebanyak 60 siswa bersekolah di SLB Mandiri Putra Jumapolo dan ada 15 siswa di Jatipuro.
Ayah satu anak yang kini juga menjabat sebagai kepala sekolah SLB Mandiri Putra Jatipuro itu pun menegaskan bahwa biaya pendidikan di sekolahnya gratis.
"Kalau di tempat kami, istilahnya melayani semua ketunaan, dari tunanetra, tunarungu, lalu tunagrahita, autis, ada juga tunadaksa," ujarnya.
Sementara itu, Ita yang kini menjabat sebagai Kepala Sekolah SLB Mandiri Putra Jumapolo memaparkan program pendidikan di sekolahnya.
Pada hari Senin hingga Kamis, para anak disabilitas diberikan pelajaran umum yang di dalamnya berisi materi akademik dan kemandirian.
"Ada salah satu hari dari Senin sampai Kamis itu ada namanya proksus atau program khusus. Nah, di situ ada bina diri. Jadi, anak-anak itu dilatih mengembangkan dirinya mulai dari merawat diri, tahu hal-hal yang berbahaya, interaksi sosial," beber dia.
"Merawat diri itu ya mulai dari gimana sih caranya gosok gigi, gimana caranya cuci muka. Nah, itu ada materinya di kelas," lanjut Ita.
Sedangkan pada hari Jumat, anak-anak disabilitas mendapatkan materi keagamaan, pramuka, dan pengembangan minat.
"Nanti hari Jumat itu kita ada pembelajaran namanya Jumat religi, jadi keagamaan. Nah, kami juga tidak semuanya agama Islam, dan kebetulan juga ada gurunya non-Islam. Jadi, bisa terakomodir semua," jelas dia.
"Lalu ada di Jumat Pramuka dan Jumat kreasi. Nah, kreasi itu Jumat gimana pengembangan minat anak. Jadi, misalnya anak senangnya mewarnai atau senangnya melukis, karena ternyata anak-anak berkebutuhan khusus itu kalau melukis hebat-hebat banget," papar dia.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini