SOLO, KOMPAS.com – Pernyataan Menteri Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (P2MI), Abdul Kadir Karding, yang mendorong warga untuk bekerja ke luar negeri menuai kritik dari sejumlah warga.
Karding meminta warga untuk mencari kerja di luar negeri, sambil menyinggung angka pengangguran di Jawa Tengah yang mencapai hampir 1 juta orang.
Namun sejumlah warga di Jawa Tengah menilai, merantau ke luar negeri bukan lah solusi untuk mendapat pekerjaan serta mengatasi tingginya angka pengangguran.
Ika Afriyani (19), warga Solo yang kini tengah berjuang mencari pekerjaan, mengaku tidak tertarik dengan dorongan pemerintah untuk bekerja di luar negeri.
Ia mempertimbangkan risiko keselamatan, jarak dengan keluarga, hingga biaya hidup tinggi di luar negeri.
"Takutnya kenapa-kenapa kan. Jadi entar malah merepotkan keluarga yang di Indonesia," kata Ika, Senin (30/6/2025).
"Soalnya kalau di luar negeri itu kan hidup sendiri. Apalagi kan itu di negara orang, takutnya malah berurusannya itu yang lebih besar," lanjutnya.
Baca juga: Menteri Karding Minta Warga Cari Kerja di Luar Negeri, Bantu Kurangi Pengangguran
Ika juga menilai persepsi gaji besar di luar negeri perlu dikaji kembali karena tidak semua orang memahami besarnya biaya hidup di negara tujuan.
"Gaji di sana besar tapi biaya hidupnya juga besar. Jadi harus pintar-pintar memanajemen keuangan," katanya.
Selain itu, biaya awal bekerja ke luar negeri juga menjadi pertimbangan berat bagi pencari kerja seperti dirinya.
"Modalnya besar. Jadi enggak semua orang sanggup buat bayar tanggungannya itu," imbuhnya.
Olivia Marcha (20), pencari kerja lainnya, menilai pernyataan Karding itu kurang bijak karena justru terkesan melempar tanggung jawab ke negara lain.
"Mending dimaksimalkan dulu buat kerjaan di Indonesia. Kalau memang tidak bisa, baru individu yang memilih keluar negeri atau tidak," ujarnya.
Baca juga: Gaji 300 Ribu per Jam, Merianti Tinggalkan Bank Demi Petik Buah di Australia
Ia menekankan pentingnya peran pemerintah dalam menyiapkan SDM yang siap kerja, terutama melalui pelatihan dan pendidikan yang tepat sasaran.
"Banyak pengangguran karena skill belum diasah, sedangkan lowongan kerja juga menuntut pengalaman," jelasnya.