SAMARINDA, KOMPAS.com – Polisi memastikan tidak ada unsur kekerasan dalam kasus meninggalnya Herman (39), seorang pria penyandang down syndrome yang ditemukan dalam kondisi lebam di Samarinda Seberang, Senin (4/8/2025) lalu.
Kapolresta Samarinda, Kombes Pol Hendri Umar menjelaskan, dari hasil autopsi diketahui bahwa Herman meninggal dunia akibat penyakit maag akut yang dideritanya.
Baca juga: Misteri Kematian Pria Down Syndrome dalam Keadaan Lebam di Samarinda
“Awalnya memang ditemukan bekas lebam di mata kiri korban. Tapi setelah dilakukan autopsi, dapat dipastikan penyebab kematiannya adalah sakit lambung akut, bukan karena kekerasan,” ujar Hendri saat dikonfirmasi, Rabu (6/8/2025).
Ia mengatakan, keluarga sempat menolak autopsi. Namun setelah diberikan pemahaman oleh pihak kepolisian, keluarga akhirnya bersedia.
Menurut Hendri, Herman memang memiliki kebutuhan khusus dan memerlukan pengawasan ekstra. Sebelum meninggal, ia sempat mengeluhkan sakit di bagian perut.
Adapun lebam yang terlihat di wajah korban, disebutkan polisi merupakan akibat konflik ringan dengan saudaranya yang telah diselesaikan secara kekeluargaan.
Baca juga: Ketulusan Dua Anak Down Syndrome dalam Goresan Warna di Surabaya
Sebelumnya, Herman ditemukan meninggal dalam posisi terbaring di rumah kakaknya di Jalan Rukun, Gang Mulya, Kelurahan Rapak Dalam, Kecamatan Loa Janan Ilir.
Kondisinya sempat memburuk sejak dua hari sebelum kejadian. Ia demam tinggi, tidak bisa makan dan minum, lalu dipindahkan ke rumah kakak tertuanya untuk dirawat. Namun pada pagi harinya, ia ditemukan sudah tidak bernyawa.
Jasad Herman kemudian dibawa ke RSUD Abdul Wahab Sjahranie untuk dilakukan visum dan autopsi.
“Kami pastikan tidak ada unsur pidana dalam kasus ini. Semua hasilnya sudah jelas berdasarkan autopsi forensik,” pungkas Hendri.
Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini