Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Walhi Kecam Rencana Pembangunan Kereta Gantung di Rinjani, Ribuan Pohon Bakal Ditebang

Kompas.com - 15/08/2025, 11:56 WIB
Fitri Rachmawati,
Bilal Ramadhan

Tim Redaksi

MATARAM, KOMPAS.com - Wahana Lingkungan Hidup (Walhi) NTB mengecam sikap keras kepala investor asal Cina, PT Indonesia Lombok Resor (ILR).

Perusahaan tersebut bersikeras membangun proyek kereta gantung, dari Desa Karang Sidemen, Kecamatan Batukliang Utara, Lombok Tengah, menuju ke kawasan pendakian atau pelawangan Gunung Rinjani.

Proyek tersebut akan merusak lebih dari 500 hektare dan akan ada ribuan pohon yang akan hilang atau dibabat, padahal pohon pohon itu adalah menyangga Rinjani.

"Bagaimana mungkin proyek kereta gantung tidak merusak hutan, aneh juga pernyataan Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal, bangun kereta gantung tapi tak babat hutan, pasti dibabatlah hutannya untuk pembangunan tiang tiang lancang dan jalan inspeksi dan jalur penyelamatan," kata Amri Nuryadin, Ketua Walhi NTB, Jumat (15/8/2025).

Baca juga: Jalur Diperbaiki, Pendakian Gunung Rinjani Kembali Dibuka Mulai Senin

Dia mengatakan bahwa dari 500 hektar yang akan disiapkan untuk proyek kereta gantung itu, 30 persennya akan dibabat hutannya, mestinya tidak membangun kereta gantung di kawasan esensial di kawasan hutan.

Jika dihitung tiap hektar ada 400 pohon, bisa dibayangkan pohon yang akan hilang di kawasan Taman Nasional Gunung Rinjani.

"Sementara kerusakan hutan di NTB telah mencapai 60 persen dan itu diakui oleh beberapa akademisi dan Lembaga Lingkungan Hidup," kata Amri.

Baca juga: Keamanan Jalur Pendakian Gunung Rinjani Bakal Diverifikasi Sebelum Kembali Dibuka

Amri mengatakan dari 1,1 juta hektare hutan di NTB tercatat 200 ribu hingga 700 ribu hektare yang sudah kritis atau diambang kerusakan, ditambah lagi dengan proyek kereta gantung yang nampaknya direstui Gubernur NTB saat ini.

Seperti diketahui, PT Indonesia Lombok Resort (ILR) bertemu dengan Gubernur NTB, Lalu Muhammad Iqbal di Kantor Gubernur, Kamis (14/8/2025).

Humas PT ILR , Ahui mengatakan, Gubernur NTB mendukung proyek pembangunan kereta gantung di Rinjani, tetapi gubernur meminta mereka memperhatikan masalah sosial dan lingkungan.

Ahui juga mengatakan jika masalah Amdal selesai mereka akan segera memulai proyek tersebut.

"Setelah AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) jadi kita langsung mulai. Satu lagi, pak Gubernur sangat menginginkan proyek kereta gantung ini dibangun pakai helikopter, " kata Ahui pada wartawan usai pertemuan dengan Gubernur NTB.

Baca juga: Wacana Proyek Seaplane dan Glamping di Gunung Rinjani, AHY: Saya Pelajari Dulu

Kata dia dengan helikopter, akan meminimalisir pembabatan hutan, hanya saja prosesnya akan lebih lama dan biaya lebih besar dibanding pembangunan kereta gantung melalui jalur darat.

Gerakan penolakan terhadap pembangunan kereta gantung ini terus bergulir di Mataram.

Gerakan Jagak Rinjani bersama pecinta alam dan masyarakat adat di Lombok yang tergabung dalam Aliansi Rinjani Memanggil (ARM), sejumlah Forum Asosiasi Tracing Organizer dan Forum Rinjani Bagus, kerap menggelar aksi penolakan.

Mereka melakukan aksi damai menyatakan sikap menolak segala bentuk eksploitasi di Gunung Rinjani.

Di saat situasi tidak menentu, Kompas.com tetap berkomitmen memberikan fakta jernih dari lapangan. Ikuti terus update terkini dan notifikasi penting di Aplikasi Kompas.com. Download di sini



Terkini Lainnya
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Cegah Salah Sasaran, Satgas MBG Palangka Raya Akan Evaluasi dan Buat Laporan Berjenjang
Regional
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Banjir Bandang di Nagekeo NTT, 3 Orang Ditemukan Tewas dan 4 Masih Hilang
Regional
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Bom Ikan dan Sampah Ancam Warisan Perang Dunia II di Laut Jayapura
Regional
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
600 Honorer R4 Terancam Dirumahkan, Ini Langkah DPRD Nunukan
Regional
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Rumah Warga Jumapolo Karanganyar Ludes Terbakar, Kerugian Ditaksir Rp 250 Juta
Regional
Pura-pura Jadi 'Customer', Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Pura-pura Jadi "Customer", Perampok Indomaret Batam Berakhir di Sel Polisi
Regional
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Banjir Lahar Tutup Jalan Menuju 6 Desa di Flores Timur, Akses Warga Terganggu
Regional
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Polisi Tangkap Ayah-Anak Penjagal Anjing di Pekanbaru, Pelaku Jual Daging B1 Rp 75.000 Per Kilo
Regional
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Polisi Aniaya Mahasiswa di Ruang SPKT Polres Manggarai NTT hingga Babak Belur, Keluarga Minta Usut Tuntas
Regional
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Hotel Da Vienna Batam Diduga Hindari Pajak Rp 5 Miliar, Kini Diselidiki Kejari
Regional
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program 'Minum Kopi Kita', Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Pemerintah Papua Pegunungan Luncurkan Program "Minum Kopi Kita", Sediakan Kopi Gratis untuk ASN Setiap Senin dan Kamis
Regional
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Pria Peleceh Bocah di Jambi Baru Keluar Penjara karena Kasus yang Sama
Regional
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Pedagang Cabai Ditikam Preman Pasar Angso Duo Jambi, 2 Korban Jalani Operasi
Regional
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Dua Pejabat DPRK Nabire Jadi Tersangka karena Buat Perjalanan Dinas Fiktif, Kerugian Negara Rp 896 Juta
Regional
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Akurasi Kesaksian Intel Polisi di Sidang May Day Semarang Diragukan Kuasa Hukum
Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar di Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau